Manusia membutuhkan hukum yang menjadi konsensus bersama demi kesejahteraan bersama (Bonum commune). Tanpa adanya hukum yang menjadi tata aturan maka manusia akan menjadi serigala bagi sesama (Homo homini lupus). Kehidupan tidak akan pernah dihiasi dengan kedamaian.
Demikian pun dalam kehidupan religius, manusia membutuhkan hukum yang mengatur agar mencapai kesatuan yang intim dengan Tuhan. Hukum yang mengikat hidup dalam cinta kasih-Nya Hukum yang menuntun orang untuk selalu bertumbuh dalam semangat belas kasihan
Dalam Injil, Yesus menegaskan, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Mat 5:17).
Kehadiran Yesus pada dasarnya mewujudkan dan menyempurnakan semua hukum yang telah dihidupi oleh bangsa Israel. Hal ini sungguh nyata dalam seluruh hidup dan karyaNya yang terangkum dalam semangat belas kasihan! Untuk itu, Yesus menegaskan supaya kita pun mematuhi hukum dengan penuh kesadaran akan belaskasih Tuhan.
Mentaati hukum Tuhan seharusnya bukan hanya karena aturan belaka. Mentaati hukum sesungguhnya harus lahir dari sebuah kesadaran akan belas kasihan. Sehingga hal itu akan menuntun kita untuk hidup dalam kasih-Nya pula.Â
Jadi, hukum Tuhan menuntun kita untuk hidup di dalam kasih dan bukan perseteruan. Tuhan yang kita imani adalah Kasih (Deus caritas est)
Oleh karena itu, marilah memahami dan mendalami serta menjalankan perintah-perintah Tuhan dengan penuh kesadaran.
Kita berproses dan hidup dalam bingkai hukum cinta kasih. Sehingga dengan semuanya itu kita akan menciptakan Bonum commune yang sungguh dicita-citakan oleh semua makhluk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H