Mohon tunggu...
Francesco Deven Berwin
Francesco Deven Berwin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seminaris tingkat pertama SMA Seminari Mertoyudan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman menjadi Seorang Seminaris

30 September 2024   10:28 Diperbarui: 30 September 2024   10:31 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Francesco Deven Berwin Sinaga biasa dipanggil Deven. Saya adalah seorang semianris angkatan 113 di Seminari Mertoyudan. Pengalaman saya menjadi seorang seminaris baru disini sangatlah menarik. Pengalaman baik, pengalaman buruk, semua dapat saya lewati dengan baik. 

Pengalaman terbaik saya sejauh ini adalah saat kami melaksanakan HOT (Hari Orang Tua). HOT merupakan puncak dari karantina 40 hari tanpa berkomunikasi dengan orang luar, tanpa diberi akses keluar dari Seminari dan akses di Seminari yang masih dibatasi dengan sangat. Saat HOT, akhirnya saya dapat bertemu dengan kedua orang tua saya. Rindu yang mendalam membuat mata saya membendung air yang banyak sehingga tidak dapat ditahan. Apalagi, saya dipeluk dan dicium oleh ibu saya yang membuat air mata saya semakin memberontak keluar. 

Tentu saja saya juga pernah mengalami hal buruk. Hal buruk yang pernah saya hadapi selama menjadi seminaris baru di Seminari Mertoyudan adalah ketika saya mengalami "Kekeringan Rohani". Kekeringan rohani merupakan saat dimana kami sebagai seminaris mulai berpikiran negatif dan juga merasa tidak kuat untuk bertahan di Seminari. Saat saya sedang mengalami Kekeringan rohani tersebut, hati dan pikiran saya benar-benar tidak sejalan. Di satu sisi pikiran saya berkata bahwa saya sudah tidak kuat di Seminari sehingga saya mulai berpikiran untuk keluar dari Seminari. Namun di sisi lainnya, hati saya membayangkan bagaimana perjuangan kedua orang tua saya untuk dapat membuat saya dapat masuk di Seminari ini dan saya juga membayangkan mimpi saya menjadi seorang imam Katolik akan hilang sesaat. Namun atas berkat Tuhan, hingga detik ini saya tetap bisa bertahan di Seminari ini.

Semoga dari pengalaman saya ini, teman-teman sekalian dapat mengambil makna yang tersirat. Terima Kasih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun