Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Budi merupakan seorang penulis dan pencinta Filsafat. Saat ini tinggal di Melbourne, Australia. Ia melakukan sejumlah riset di bidang Filsafat dan Teologi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kemelut Kepemimpinan Amerika Serikat

6 Agustus 2024   06:01 Diperbarui: 6 Agustus 2024   11:21 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 'The Leadership Crisis Playbook'. Sumber Gambar: linkedin.com/pulse/crisis-leadership-playbook-preview-eric-flamholtz.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas pemilih meragukan kemampuan Biden untuk menjalankan tugas presiden. Penampilannya dalam seminggu terakhir hanya mempertegas penilaian ini. Meski begitu, Biden tetap bertekad untuk bertarung, meskipun tanda-tanda kelemahan semakin terlihat.

Nancy Pelosi dan James Carville, tokoh Demokrat terkemuka, mulai memberikan isyarat bahwa sudah saatnya Biden mempertimbangkan untuk mundur. Tekanan dari partai dan jajak pendapat publik semakin besar, dan keputusan harus segera diambil.

Jika Biden mundur, Kamala Harris kemungkinan besar akan menggantikannya. Namun, Harris juga menghadapi kritik atas kinerjanya sebagai wakil presiden dan tantangan dalam mengalahkan Trump. Menjaga persatuan partai menjadi tugas yang semakin sulit dalam situasi yang penuh dengan jebakan politik.

Penderitaan Partai Demokrat mengingatkan pada drama Shakespeare, dengan Biden sebagai pemain yang tidak tahu kapan harus mundur. Sistem politik AS saat ini terlihat tidak memadai dalam menghadapi tantangan kepemimpinan yang begitu besar.

Di sisi lain, Trump tetap menjadi ancaman bagi demokrasi AS dengan retorikanya yang penuh kebencian dan narasi populis. Namun, kelemahan Biden memberikan peluang bagi Trump untuk kembali merebut kekuasaan.

Biden berusaha menunjukkan bahwa dia masih bisa memimpin, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya. Tragedi politik ini mencerminkan krisis kepemimpinan yang mendalam di Amerika. Kedua partai besar, Demokrat dan Republik, menunjukkan kelemahan yang mengkhawatirkan dalam menghadapi tantangan masa depan.

Dengan semakin dekatnya pemilihan presiden, situasi politik di Amerika Serikat akan semakin memanas. Biden harus membuat keputusan penting demi kepentingan partainya dan negaranya, sementara Trump terus mengintai dengan ambisinya untuk kembali ke Gedung Putih. Tragedi politik ini akan berdampak besar tidak hanya bagi Amerika, tetapi juga bagi dunia, termasuk bagi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun