Fransiskus Nong Budi
Tanah ini, tanah ini bukan punya siapa, tanah ini untuk siapa,
tanah ini untuk apa, tanah ini bukan untuk apa-apa.
(Franceisco Nonk, KYT)
Kalimantan adalah nama untuk tanah yang amat sangat luas. Tanah terluas ketiga di dunia adalah Tanah Kalimantan. Tanah Hijau (Greenland) adalah yang terluas di dunia, yakni 2.175.600 km2. Tanah Papua menempati urutan kedua setelah Tanah Hijau sebagai yang paling luas. Luas Tanah Papua adalah 808.510 km2. Tanah Kalimantan memiliki luas 746.305 km2.
Nama Kalimantan diberikan oleh orang-orang bukan dari Tanah Ini. Banyak tulisan mencatat nama Kalimantan dalam cara mereka. Semua tulisan itu bukan tulisan Tanah Ini. Para penulis Eropa telah mencatatkan nama tersebut dalam tulisan mereka masing-masing.
Sebagai contoh, beberapa nama di antaranya dapat disebutkan di sini, yakni Walter Hamilton (1828), Gregoire Louis Domeny de Rienzi (1836), A. Francisco Falconetti (1838), Sir Henry Keppel (1846), dan Achille Meissas (1847).
Hamilton mencatat nama untuk Tanah Ini sebagai Klemantan atau Quallamontan. Sebutan yang diberikan oleh orang asing terhadap Tanah Ini. Istilah yang lebih umum untuknya ialah Borneo. Kedua sebutan tersebut muncul dalam uraian tentang Borneo.
Sementara itu, Domeny de Rienzi menyebut Kalemantan sebagai Tanah Besar (Ou la grande terre de Kalemantan), sebuah istilah umum untuk Borneo. Falconetti mencatat Calemantan sebagai Tanah Besar Kalimantan, Tona-Bessar-Calemantan (o la gran terra di Calemantan). Nama untuk Borneo.
Nama yang sama dicatat juga oleh Meissas dan Michelot dalam Kamus Geografi Kuno dan Moderen. Pada tempat yang berbeda, sebelumnya Keppel memakai nama Kalamantan atau Pulo Kalamantan untuk Borneo.
Istilah Borneo amat populer di zaman kolonial. Istilah Kalimantan dipakai juga, namun lebih terbatas. Kecuali itu lebih akrab bagi penduduk setempat. Istilah Borneo dipakai dalam urusan administrasi pemerintah Hindia Belanda.
Menurut De Bow, istilah Borneo merupakan pengucapan yang tidak tepat oleh pedagang Portugis. Istilah itu kemudian menjadi populer di Eropa sekitar abad ke-17. Pelafalan yang keliru atas Brunei, salah satu pelabuhan dagang yang penting di masa itu.
Orang-orang bukan dari Tanah Ini telah berdatangan ke pulau tersebut. Siapa orang Eropa pertama yang telah sampai di Tanah Ini menjadi bahan perdebatan di antara mereka sendiri. Portugal dan Spanyol saling mengklaim di antara mereka soal orang Eropa pertama yang tiba di Tanah Ini.