Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Budi merupakan seorang penulis dan pencinta Filsafat. Saat ini tinggal di Melbourne, Australia. Ia melakukan sejumlah riset di bidang Filsafat dan Teologi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rumah Kata, Bahasa untuk Manusia, Manusia untuk Bahasa

10 November 2018   17:46 Diperbarui: 13 November 2018   13:23 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkata adalah kepunyaan manusia. Melaluinya ia mengekspresikan keberadaan yang di dalamnya ia hidup. Hidup berarti berkata, kecuali ia bisu. Berkata berarti juga bertanggung jawab.

Fenomena berbahasa di Indonesia belakangan ini menarik untuk disimak. Seperti keinggris-inggrisan, penyelipan kata bahasa Inggris dalam percakapan harian. Biasnya bahkan telah mendobrak sekat formal-informal.

Menurut penilaian saya, fenomena tersebut menunjukkan "Kata sebagai Rumah". Maksudnya, cara berbicang mencerminkan cara berada, mengerti dan berharap.

Pertama, berbahasa adalah berkomunikasi. Tujuan utama berbahasa adalah berelasi. Satu atau lebih bahasa yang digunakan tak mengotori Rumah Kata sejauh tujuannya tercapai, orang saling menerima dan memahami. Bahasa punya logikanya yang perlu dirawat.

Kedua, berkata adalah penyingkapan. Yang dibuka terlebih dahulu ialah diri, termasuk pemahaman dan penilaiannya. Istilah asing -- entah internasional atau lokal -- patut dipakai sejauh menyingkapkan sesuatu. Istilah dipakai untuk menjaga autentisitas dan menjernihkan perkataan.

Ketiga, berkata adalah melampaui. Menguasai bahasa mondial merupakan keunggulan. Namun, tak satu pun bahasa yang lebih unggul. Adalah perlu untuk mempelajari lebih dari satu bahasa, utamanya yang mendunia seperti Bahasa Inggris, tanpa harus mengabaikan bahasa lokal apalagi "Bahasa yang me-nunggal-kan ke-bhinneka-an" kita di Indonesia.

Keempat, berbahasa sebagai habitus. Bahasa tak jatuh dari langit, tetapi dirajut dari kehidupan. Berbahasa tak lain hidup itu sendiri, laksana anak yang menjadi dewasa.

Kelima, bahasa adalah rumah. Di dalam kata manusia menghuni. Tanpa bahasa hidup nyaris sulit dibayangkan. Karena itu, rawatlah dan cintailah kata yang dengannya anda hidup dan menjadi. 

Perlakukanlah bahasa sebagaimana Anda memperlakukan dirimu. Kapan, di mana, dan dengan siapa Anda berhadapan menentukan cara berkatamu. Bahasamu adalah kamu. Bahasamu adalah rumahmu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun