Pertanyaan Yang Menyadarkan Lewat Cerita (Imam Ghazali).
Suatu hari seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.
Pertama.
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?"
Murid-muridnya ada yang menjawab..."orang tua", "guru", "teman", dan "kerabatnya". Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian". Sebab kematian adalah PASTI adanya.
Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini ?"
Murid-muridnya ada yang menjawab..."negara Cina", "bulan", "matahari", dan "bintang-bintang". Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Siapapun kita, bagaimana pun kita, dan betapa kayanya kita, tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu. Sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang.
Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini ?"
Murid-muridnya ada yang menjawab..."gunung", "bumi", dan "matahari". Semua jawaban itu benar kata Sang Guru. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu". Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya. Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu. Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat).
Pertanyaan keempat adalah "Apa yang paling berat di dunia ini ?"
Di antara muridnya ada yang menjawab..."baja", "besi", dan "gajah". "Semua jawaban hampir benar", kata Sang Guru, tapi yang paling berat adalah "memegang amanah".
Pertanyaan yang kelima adalah "Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan". "Semua itu benar...", kata Sang Guru, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah".
Lalu pertanyaan keenam adalah "Apakah yang paling tajam di dunia ini ?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !". "(hampir) Benar...", kata Sang Guru , tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.
Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN
senantiasa belajar dari MASA LALU
dan tidak memperturutkan NAFSU ?
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita ?
"sampaikanlah kebaikan walau hanya satu ayat"