Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dosen di Kelas, Teman di Lapangan!

10 Desember 2021   09:47 Diperbarui: 11 Desember 2021   08:06 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru itu seharusnya dihormati. Akan tetapi, guru juga dapat diperlakukan sebagai seorang teman dengan etika, kaidah, dan sopan santun.

Saya masih ingat pengalaman ketika masih duduk di bangku SD-SMA tentang guru. Waktu itu, guru amat sangat ditakuti, disegani, dan dihormati.

Sebelum masuk ruangan kelas dan begitu pula ketika hendak pulang dari ruang kelas, setiap murid mesti mencium tangan bapak/ibu guru yang mengajar di awal dan akhir jam pelajaran. Barisan pun harus rapi, kalau tidak bapak/ibu guru akan memukul dengan penggaris kayu ukuran 1 meter. Murid tak boleh berkomentar.

Di luar kelas pun, guru amat disegani dan ditakuti. Makanya, sebisa mungkin saya dan teman-teman tidak bertemu dengan guru di luar kelas. Takut kalau-kalau ada yang salah, itu akan dibawa di ruang kelas besoknya atau kapan guru yang bersangkutan mengajar.

Menurut saya, inilah satu faktor yang menyebabkan semua guru itu begitu dihormati bahkan ditakuti di dalam maupun luar kompleks sekolah. Mereka serasa punya privilese.

Memasuki bangku kuliah, rasanya pengalaman di atas berbeda. Apalagi jika itu berlangsung di lembaga pendidikan kaum religius, biarawan, dan biarawati (Katolik). Para dosen biasanya sudah lebih bersikap dewasa dan sungguh bersahabat.

Dosen di kelas

Seorang pastor, suster, atau awam yang bertugas menjadi dosen, tentu harus tetap menjalankan tugasnya dengan displin, tegas, dan sekaligus kreatif. Ini merupakan tanggung jawab yang tidak boleh dilalaikan. Karena, menyangkut suara hati dan tuntutan moral.

Maka, mereka akan berusaha menuntaskan tanggung jawab itu (pertemuan+ujian) dengan seoptimal mungkin. Agar, terbentuklah bibit religius yang sungguh berilmu, berakhlak, dan punya daya juang yang tinggi.

Wajar saja mereka marah, jika ada murid/mahasiswa-inya yang kurang mengikuti mata kuliah dengan serius, atau mengatuk, atau tidak mengerjakan tugas dengan mantap. Dosen juga manusia, toh. Punya rasa, punya hati, punya emosi, dan punya ekspektasi terhadap para mahasiswanya.

Bisa menjadi teman

Akan tetapi, di luar ruangan kelas, para pastor bisa menjadi teman sekaligus seperti saudara sebaya. Mereka hadir lewat pembicaraan dan relasi sehari-hari dengan humor, pengertian, dan kebaikan.

Ini yang membuat saya salut. Kadang, ketika saya meminta waktu untuk berbicara dari hati ke hati tentang banyak hal, mereka menerima dan mempersiapkan bahan pembicaraan yang penuh motivasi.

Di lapangan sepak bola juga demikian. Apalagi saya sangat senang dengan sepak bola. Biasanya, para pastor akan nimbrung bersama mahasiswanya untuk berolah raga ria. Kalau soal skill, mereka jangan diragukan. Soalnya para pastor sudah terlatih bermain sepak bola sejak muda.

Di lapangan pun ada tawa dan motivasi. Mereka mengajari kami untuk bisa bersatu sebagai tim dan bekerja sama mengalahkan lawan. 

Kadang, karena asyiknya bermain, kami tidak sadar menendang kaki pastor. Si pastor terjatuh, kakinya luka, dan berjalan dengan pincang. Dia tidak marah, karena mengerti bahwa di lapangan segala hal bisa terjadi.

Di luar lapangan pun demikian. Mereka cenderung mengerti dunia kaum muda yang milenial. Tapi, mereka tetap memberikan rambu-rambu yang normatif bagi kami untuk dilaksanakan sebagai kaum religius.

Kira-kira, ini satu kenangan indah dengan dosen yang sekaligus sahabat di rumah. Saya yakin bahwa di luar sana juga banyak kok figur seperti ini dapat ditemukan. Dan saya juga berharap agar semakin banyak guru/dosen yang dapat tegas, displin, dan kreatif di dalam kelas, namun bisa menjadi sahabat bagi para murid/mahasiswanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun