Indonesia belum sepenuhnya dikatakan negara maju, meskipun WTO mengatakan bahwa Indonesia negara maju dan sudah terlepas dari perlakuan istimewa dalam bergadang namun melihat Indeks Pembangunan Manusianya atau Human Development Index (HDI) belum bergeser signifikan yaitu di angka o,7% pada tahun 2021/202 tentu mengalami kenaikan tapi tidak menggambarkan kemajuan. Artinya Indonesia masih pada posisi negara berkembang.
Sebagai negera berkembang, secara teori harusnya bisa tumbuh lebih cepat dari negara-negara tetangga, namun dilihat dari berbagai sektor Indonesia masih jauh tertinggal dari negera-negara sebelah. Indonesia masih kalah dengan Singapura dengan populasi 5,5 juta namun memiliki pertumbuhan sebesar 1,4% pertahun padahal bukan negara yang kaya sumber daya alam, namun perekonomiannya sangat didukung oleh industri yang meliputi elektronika, bahan kimia, keuangan dan perbankan, turisme (pariwisata) dan perdagangan.
Memang semua yang ada di negara kita baik iklim, udara, air dan tanah tidak se rumit dan se ekstrim seperti di negera mereka dan itu yang membuat mereka semangat berubah dan berkarya untuk mempertahankan kehidupan mereka.
Berbeda dengan Indonesia yang sudah sangat dewasa bila diukur dari tahun kemerdekaannya. Jika dilihat dari berbagai sisi, kemerdekaan yang dirasakan bangsa Indonesia masih kemerdekaan semu. Dari sisi ekonomi, politik, budaya, dan aspek lainnya. Kita masih terjajah dan tertinggal jauh dengan negara tetangga.
Mungkin diantara kita merasa sudah cukup lama negara kita merdeka dari penjajah bersenjata dan tanpa sadar kita pun terjajah lagi oleh teknologi yang mereka punya. Kita disibukkan dengan urusan gampang tapi memiliki dampak yang susah, buktinya negara kita belum maju.Â
Kita, khuusnya netizen masih sibuk dengan urusan orang, propaganda tak bermutu, bahkan lebih suka berlama-lama dengan gawai internet (scroll, flexing, stalking) yang semuanya itu hanya menyita waktu, seharusnya sudah mulai berfikir produktif bagaimana menerbitkan hal yang dianggap fatamorgana.
Kembali melihat ketertinggalan kita yang membuat kita semakin terpuruk, bagaimana pejabat kita seharusnya memberikan role model dengan membuat kebijakan yang benar-benar memiliki manfaat untuk Indonesia bukan pribadi atau golongan. Kita lihat mereka banyak menyalahgunakan kewenangan sehingga dampaknya adalah temuan korupsi, bahkan teranyar adalah soal kasus TPPU 349 T. Jadi kita minta pejabat kita fokus memikirkan rakyat, jeli melihat peluang untuk memajukan bangsa Indonesia, stop hal-hal yang tidak bermafaat, hentikan aksi peng-aku-an diri dengan pencitraan berlebihan, fokus pada membangun Indonesia maju.
Sebagai warga negara yang baik, saatnya kita berlari kencang mengejar ketertinggalan kita. Langkah mereka jauh lebih panjang mendahului kita untuk membuka tirai-tirai kehidupan yang selama ini kita anggap fatamorgana dan kita hanya bisa berdetak kagum melihat mereka membuat warna dunia yang tanpa kita sadari bahwa energi dan kekuatan mereka ada di bumi kita.
Tak sedikit putra putri terbaik bangsa yang tinggal di daerah mempunyai keahlian dan kemampuan yang luar biasa, dan saya yakin mereka sangat bangga jika diajak bersama membangun Indonesia demi visi 2045 untuk menjadi negara berdaulat, maju adil dan makmur, tinggal bagaimana negara dan para stakeholder mengelola dengan baik.
Jangan sibukkan mereka dengan propaganda politik semata yang ujung-ujungnya akan merusak kreatifitas dan kemampuan mereka, apalagi yang terparah propaganda dengan menjadikan agama sebagai senjata utama, dan ketika kita merasa kalah dari mereka dan jauh lebih maju dari negara kita, selalu yang terucap dan menjadi cibiran kita bahwa surga mereka ada di dunia. Kalau itu memang surga mereka lalu kenapa kita ikut memanfaatkan apa yang mereka ciptakan? Kita sering berdusta.
Memang politik tak selamanya kotor, akan tetapi intrik dan manuver kepentingan bisa merusak kosentrasi mereka dari keahliannya. Saatnya kita bangkit bersama dengan segala kemampuan yang kita miliki. [fr]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H