Mohon tunggu...
Fawwaz Malika Taufik
Fawwaz Malika Taufik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa Universitas Airlangga angkatan 2023. Senang menyelami internet dengan berbau medis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kasus Demam Berdarah Melonjak, Masyarakat Harus Waspada

19 Juni 2024   23:00 Diperbarui: 19 Juni 2024   23:20 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia dengan iklim tropisnya tidak terlepas dari banyaknya penyakit yang bermnculan, contohnya demam berdarah. Permasalahan ini sudah sangat sering dijumpai, namun hal tersebut bukanlah suaty alasan untuk mengabaikan hal yang krusial ini. Prevalensi demam berdarah dapat dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan cara dalam menangani hal tersebut, maka dari itu diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi lebih mendalam. Bila diabaikan, demam berdarah dapat merebak dan menyebabkan komplikasi di mana hal tersebut dapat menyebabkan kematian.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit, umumnya dicirikan dengan demam tinggi dan waktu penurunan suhu demamnya yang tergolong lama. Dilansir dari Kemenkes, seseorang yang terjangkit demam berdarah biasanya diikuti dengan gejala sering muntah, nadi melemah, kaki dan tangan memucat,lesu atau gelisah, dan nyeri kepala. Demam lebih dari tiga hari merupakan ciri yang dimiliki oleh demam berdarah dengue. DBD dapat diperparah dengan adanya komplikasi syok dengan istilah medisnya Dengue Syok Syndrome (DSS) yang bisa berujung kematian. Penyebaran demam berdarah disebabkan oleh gigitan nyamuk yang membawa virus tersebut. Hal ini merupakan poin penting yang dapat ditegakkan terhadap banyaknya orang yang terjangkit DBD pada kawasan yang kumuh atau terdapat banyaknya genangan air.

Kementrian Kesehatan (Kemenkes) merilis data terbarunya pada tanggal 14 Juni 2024, terdapat lebih dari 88 ribu kasus Demam Berdarah Dengue dengan kasus kematian lebih dari enam ratus. Kematian akibat DBD ini terjadi di 174 kabupaten/kota di 28 provinsi dari 456 kabupaten/kota di 34 provinsi. Meskipun kasus DBD berhasil diturunkan pada 2023 dan awal 2024, pada minggu ke-22 2024, kasus kembali naik dengan jumlah melebihi kasus yang muncul pada tahun 2023. Pihak Kemenkes juga memperkirakan musim kemarau yang akan datang dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Ini membuktikan bahwa dibutuhkan penanganan yang lebih lagi untuk mengurangi tingkat kasus terjangkit DBD.

Kondisi lingkungan yang kumuh dan banyak genangan air merupakan tempat yang cocok sebagai sarang nyamuk. Nyamuk  yang bersarang ini nantinya akan menyebarkan penyakit DBD yang menjangkit orang sekitarnya. Tidak hanya masyarakat dengan ekonomi rendah yang rentan terhadap DBD, namun juga masyarakat yang kurang edukasi akan hal ini. Maka dari itu, pengetahuan akan penyebaran dan penanganan DBD harus selalu disosialisasikan kepada semua golongan masyarakat.

DBD merupakan penyakit dimana jumlah penyebarannya dapat dipengaruhi oleh tingkat kewaspadaan dan kesadaran masyarakat pada tempat itu sendiri. Diperlukan adanya kerja sama antara pihak masyarakat dan pemerintah yang terjalin untuk selalu memerhatikan perkembangan yang ada. Hal ini tentunya dapat menurunkan prevalensi DBD untuk ke depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun