Mohon tunggu...
Fredy Purnomo
Fredy Purnomo Mohon Tunggu... Dosen - Instagram @fpurnomo

Dosen dan peneliti bidang ICT : Smart City dan Storytelling in Game

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup bersama Covid-19: Sebuah Utopia yang Baru

4 Juli 2020   02:53 Diperbarui: 4 Juli 2020   02:58 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tulisan ke-3 dari 3

Bumi yang kita tinggali ini, mungkin saja adalah sebuah organisme hidup yang bernafas, bergerak dan mempunyai pikiran tersendiri. Bagi bumi, kita mungkin adalah alien yang merasa menjadi tuan rumah dan menganggap bumi hanyalah sebuah kendaraan yang membawa manusia dalam perjalanan menuju ruang dan waktu.

Bagi bumi, mungkin kita hanyalah jamur yang menggerogoti dan menyebabkan kulit bumi teriritasi dengan ekploitasi. Bumi mungkin rindu dengan nenek moyang kita, yang hidup berdampingan dan menghargai alam dengan cara-cara yang mungkin tidak dipahami dunia modern dan ilmu pengetahuan.

Setelah adanya wabah Covid-19 ini, kita menjadi tersadar bahwa kita bukan penguasa di bumi ini, bahwa kekuatan planet ketiga dalam zona aman Goldilocks di tata surya ini begitu besar. Bumi mempunyai imunitas diri yang siap bergerak untuk menata ulang jika kesimbangannya terganggu.

Kita masih mempunyai sumber energi tak terbatas tanpa harus mengeksploitasi bumi,  yaitu dari matahari dan angin yang tidak terbatas. Dan jika berpikir dari segi kosmik yang lebih luas, mungkin saja energi gravitasi bisa menjadi salah satu alternative yang bisa digunakan. Mari mulai berdamai dengan bumi.

Selanjutnya kemanakah kita akan menuju ? Apakah akan kembali pada dunia yang selaras  dengan alam atau dunia virtual yang serba canggih namun tetap semu atau masa depan kita ada di luar sana, bulan atau mars ? (mari abaikan dulu opsi ketiga, biarlah nanti dimunculkan di tulisan berikutnya saja).

Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut, namun mari kita berandai-andai mengenai sebuah dunia utopia, sebuah dunia impian yang mungkin menjadi mimpi kolektif kita semua.

Mungkin saja kita menuju dunia yang berdampingan dengan alam, dimana manusia hidup bersama kembali dengan alam namun tetap dengan teknologi yang canggih. Rumah berkonsep hijau dengan kebun yang mampu mencukupi separuh dari kebutuhan keluarga.

Adanya sarana penyulingan air hujan dan air limbah untuk digunakan kembali. Sistem ventilasi udara yang lebih baik sehingga kebutuhan akan air conditioner bukan merupakan sesuatu yang mutlak lagi. Pemanfaatan tenaga matahari digunakan sebagai alternative untuk memberikan listrik, panas dan cahaya bagi rumah.

Area hijau ditumbuhkan, bukan hanya untuk bahan baku, namun juga menjadi penghasil oksigen untuk kesegaran dan kenyamanan. Setiap rumah mempunyai kapasitor untuk menampung surplus energi yang dihasilkan, untuk bisa digunakan kemudian atau dipertukarkan.

Tentu saja keberadaan rumah tersebut dipadu dengan teknologi, yang memungkinkan rumah seperti organisme hidup yang membantu manusia, namun juga bisa berdiri sendiri sesuai algoritma yang ditanamkan. Rumah akan mengatur secara otomatis katup-katup cahaya dan ventilasi untuk tujuan kenyamanan manusia yang tinggal di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun