Mohon tunggu...
Foursa Tasniim
Foursa Tasniim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri keberlanjutan budaya bundo kanduang

25 Desember 2023   14:44 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:04 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Secara harfiah, Bundo Kanduang berarti ibu sejati atau ibu kandung. Yang memiliki sifat-sifat keibuan dan kepemimpinan. Bundo Kanduang merujuk pada peran perempuan tua yang dihormati dan dianggap sebagai penjaga adat dan kebudayaan dalam suku Minangkabau. Kepada Bundo Kanduang ini diberikan sejumlah pengecualian dan keutamaan dalam kehidupan kalau dibandingkan dengan kaum laki-laki yang bertujuan agar terpelihara dari segala bentuk perbuatan yang akan menjatuhkan martabat kaum yang sangat mulia itu.

Sesuai dengan kodrat hayatinya wanita Minangkabau (Bundo Kanduang) memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan merupakan sumber utama dalam suburnya kehidupan budi pekerti dalam masyarakat, terutama dalam pembangunan mental masyarakat yang diawali dari lingkungan keluarga (Musyair Zainuddin, 2016). Saat ini, pertanyaan mendasar muncul: Apakah Bundo Kanduang masih eksis dan relavan dalam masyarakat Minangkabau yang terus berubah? Meskipun beberapa elemen tradisional mungkin tetap ada, banyak faktor yang mempengaruhi dinamika keberlanjutan budaya ini.

Seiring dengan dinamika perkembangan sosial dan budaya, eksistensi Bundo Kanduang mengalami tantangan dan transformasi. Meskipun dalam beberapa komunitas masi ada yang memegang teguh tradisi ini, namun peran dan bentuk keberadaanya dapat bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Globalisasi, modernisasi, dan perubahan nilai-nilai masyarakat dapat mempengaruhi apakah tradisi Bundo Kanduang terus diwarisi atau mengalami penurunan.

Bundo Kanduang bukan hanya sekedar peran dalam keluarga, akan tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam, Bundo Kanduang mewakili kebijaksanaan, kelembutan, dan kekuatan. Tradisi ini mencerminkan keseimbangan gender dan peran penting perempuan dalam memelihara nilai-nilai budaya. Mereka adalah pohon kembar (saling bahu-membahu) yang menggambarkan keharmonisan dan persatuan di tengah perbedaan. Dengan membawa simbolisme ini, mereka menjadi pilar utama dalam memastikan keberlangsungan tradisi dan nilai-nilai leluhur.

Secara fungsional, Bundo Kanduang memiliki peran dalam menjaga dan mewariskan adat istiadat serta norma-norma sosial dalam masyarakat Minangkabau. Dalam hal konflik atau ketidaksepakatan, Bundo Kanduang berfungsi sebagai penengah. Mereka sering menjadi tokoh yang memberikan nasihat dan arahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam keluarga dan masyarakat. Mereka juga bertanggung jawab untuk menyelenggarakan berbagai acara tradisional, menjamin kesakralan dan kesuksesan pelaksanaannya. Serta fungsionalitas Bundo Kanduang dalam menciptakan keseimbangan gender masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matriarki. Mereka membuktikan bahwa perempuan dapat memainkan peran utama dalam memimpin dan memelihara kestabilan keluarga dan masyarakat. 

Meskipun nilai-nilai tradisional tetap dihargai, banyak masyarakat Minangkabau menghadapi dilema antara mengikuti arus perkembangan zaman dan mempertahankan tradisi. Bagaimana mengimbangi modernisasi dengan mempertahankan tradisi sementara kemajuan teknologi, gaya hidup urban, pendidikan, dan mobilitas sosial dapat menggeser fokus dari nilai-nilai tradisional, sehingga mempengaruhi peran Bundo Kanduang dalam masyarakat yang seringkali bertentangan dengan arus tersebut.

Perubahan peran perempuan dalam masyarakat umumnya juga sangat berdampak pada peran bundo kanduang karena saat ini semakin banyak perempuan yang terlibat dalam pendidikan tinggi dan karier profesional. Perubahan ini bisa mencakup pengembangan peran Bundo Kanduang ke arah yang lebih inklusif, dimana mereka tidak hanya memegang peran sebagai penjaga adat tetapi juga dapat terlibat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dengan lebih dinamis. Mungkin ada penyesuaian dalam cara Bundo Kanduang memberikan nasihat dan mendukung perkembangan masyarakat yang lebih modern.

Namun, perubahan ini juga bisa menimbulkan ketegangan atau resistensi dari kalangan yang ingin mempertahankan tradisi secara konservatif. Oleh karena itu, perubahan peran perempuan dapat menciptakan dinamika kompleks dalam konsep dan peran Bundo Kanduang dalam masyarakat Mnangkaabau.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, ada upaya untuk melestarikan peran Bundo Kanduang. Inisiatif ini melibatkan program-program pelestarian budaya, seminar dan kegiatan komunitas yang bertujuan untuk membangkitkan kembali nilai-nilai tradisional dalam konteks modern. Seperti sekolah adat dan inisiatif pendidikan lokal juga dapat menjadi sarana untuk memastikan bahwa tradisi ini akan terus hidup dan dihargai. Dengan pendekatan yang inklusif dan adaptif, Bundo Kanduang tetap dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan tradisi mereka sambil tetap merespon dinamika perkembangan sosial budaya. 

Pentingnya pelestarian dan revitalisasi budaya ini menegaskan bahwa warisan budaya adalah bagian penting dari identitas suatu masyarakat. Peran dan makna tradisi ini bukan hanya soal mempertahankan masa lalu, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dengan dinamika kehidupan kontemporer. Bundo Kanduang tidak hanya membentuk pondasi kuat untuk masyarakat Minangkabau, tetapi juga memberikan kontribusi positif pada kekayaan warisan budaya Indonesia secara keseluruhan. 

Apakah Bundo Kanduang masih ada? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun