Bukan sekali dua kali pengalaman menyebalkan ini saya alami, dan pasti juga pernah dialami oleh pembaca. Sekali tiga kali, saya berusaha memahami kelakuan mereka. Sepuluh kali dua puluh kali, memang nya jalan raya milik mbahmu?
Tigapuluh April, pukul 06.30an. Pagi yang sibuk. Jalan raya padat merayap. Anak-anak sekolah dan orang-orang yang berangkat bekerja mencari nafkah, tumpah ruah mengendarai kendaraan memenuhi jalan yang lebarnya sekian jengkal saja.
NGUING NGUING NGUING!!!! Tiba-tiba tepat dibelakang kendaraan yang dikendarai oleh suami dan saya muncul mobil dengan sirine meraung memekakkan telinga, dengan seorang (tentara) yang duduk di samping supir mengibas-ngibaskan tangan di luar jendela mobilnya sebagai isyarat agar kendaraan-kendaraan didepannya segera menepi, memberi jalan ‘beliau-beliau’ yang sepertinya urusannya sedang SUPER GAWAT. Bahkan mungkin lebih gawat daripada ibu hamil yang sudah bukaan tujuh atau bahkan pasien yang sudah kejang-kejang. Tepat di belakang mobil yang bersirine, rombongannya ternyata hanya terdiri dari 1 mobil derek dan dua kendaraan lagi , entah apa namanya, yang ukurannya kira-kira tidak lebih besar dari Mitsubishi L300. Tidak cukup hanya konvoi motor gede, atau pejabat negara bahkan pejabat daerah, ditambah lagi konvoi aparat model beginian yang sanggup meminggirkan kendaraan orang sipil ibarat menghalau kambing.
Lima ratusan meter dari sejak konvoi berpapasan dengan kendaraan suami saya, ternyata rombongan tersebut belok ke halte dekat alun-alun, dimana banyak warung makan. Dan tebak, mereka berhenti. Satu persatu penumpang keluar dari mobil, yang ternyata beberapa prajurit dengan pangkat pratu dan praka, berjalan menuju warung sederhana untuk... sarapan.
Banyak pengendara yang berada di belakang mereka, yang semula menepi dan kian terjebak macet karena ogah cari gara-gara, menjadi mendengus dan menggerutu. Oh ini toh yang ternyata lebih gawat daripada ibu hamil bukaan tujuh...? Aparat paraaaah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H