Peran orang tua dalam menangkal perilaku bullying pada anak sangat penting, karena bullying dapat merusak perkembangan emosional dan sosial anak, baik sebagai korban maupun pelaku. Sayangnya, banyak orang tua yang kurang memahami masalah bullying dan dampaknya, sehingga sering menganggapnya sebagai hal yang biasa. Padahal, bullying bisa menyebabkan gangguan psikologis jangka panjang. Orang tua berperan sebagai pembimbing sosial, mengajarkan anak tata krama dan cara bersosialisasi yang baik untuk mencegah mereka terlibat dalam bullying. Selain itu, orang tua juga berfungsi sebagai pendidik yang membentuk karakter anak dengan memberikan pendidikan formal di sekolah dan informal di rumah, yang mencakup pembentukan kebiasaan baik dan pengembangan kerohanian melalui pendidikan agama. Beberapa faktor yang mempengaruhi peran orang tua dalam mencegah bullying adalah tingkat pendidikan orang tua, kesibukan dalam pekerjaan, dan kewajiban dalam keluarga. Orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi biasanya lebih paham tentang bullying dan cara pencegahannya. Namun, pekerjaan yang menyibukkan orang tua dapat mengurangi waktu untuk mengawasi perilaku anak. Oleh karena itu, dengan memahami peran dan faktor-faktor ini, diharapkan anak-anak dapat terhindar dari bullying dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, dengan dukungan orang tua yang bekerja sama dengan sekolah dalam mendidik mereka.Â
Sigalingging, O. P., & Gultom, M. (2023). Peranan orang tua dalam mengatasi perundungan (bullying) pada anak. Jpm-Unita (Jurnal Pengabdian Masyarakat), 1(1), 26-32.Â
Peran guru dalam mencegah dan mengatasi bullying di sekolah sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, positif, dan mendukung perkembangan siswa. Sebagai agen perubahan utama, guru berperan dalam membentuk budaya sekolah yang menghargai keragaman, mengutamakan keselamatan, dan mempromosikan hubungan positif antar-siswa. Salah satu langkah awal dalam pencegahan bullying adalah kemampuan guru untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal bullying. Guru yang berinteraksi langsung dengan siswa setiap hari dapat menjadi mata dan telinga di sekolah, mendeteksi perubahan perilaku atau tanda-tanda ketidaknyamanan yang mungkin menunjukkan adanya bullying. Kemampuan guru untuk memahami dan merespons tanda-tanda ini adalah langkah krusial dalam mengatasi masalah bullying. Selain itu, guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik siswa tentang empati, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan. Dengan menciptakan ruang diskusi kelas mengenai masalah sosial, termasuk bullying, guru dapat membantu siswa memahami dampak negatif dari perilaku tersebut. Mereka juga mengajarkan keterampilan komunikasi yang sehat dan pemecahan konflik yang konstruktif. Sebagai contoh perilaku positif, guru yang mempraktikkan komunikasi yang baik, sikap inklusif, dan penghormatan terhadap sesama siswa dapat membentuk norma sosial yang positif di sekolah. Ketika insiden bullying terjadi, guru berperan sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik antar-siswa, membantu mereka mencapai solusi yang saling menguntungkan dan menghindari eskalasi konflik. Dengan demikian, peran guru sangat vital dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari bullying dan mendukung perkembangan karakter siswa secara positif.
Choiriyah, S., Masruroh, S., Imamah, N., Laili, A., & Kunaifi, H. (2024). Peran guru dalam pencegahan bullying di sekolah. Journal Educatione, 1(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H