Mohon tunggu...
Baret Mega Lanang
Baret Mega Lanang Mohon Tunggu... Seniman - Penulis

Bagai Empu Prapanca yang menulis Negarakertagama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Faktor Penyebab Politik Mahar di Indonesia (Part-3)

8 Juni 2024   22:37 Diperbarui: 9 Juni 2024   16:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor Penyebab Politik Mahar di Indonesia

Politik mahar merupakan fenomena yang merusak tatanan demokrasi di Indonesia. Praktik ini tidak hanya menurunkan kualitas kepemimpinan, tetapi juga meningkatkan korupsi dan menciptakan ketidakadilan dalam proses politik. Untuk memahami mengapa politik mahar terus terjadi, penting untuk mengeksplorasi faktor-faktor penyebab yang melatarbelakanginya. Beberapa faktor utama termasuk peraturan internal partai, sistem pembiayaan politik yang tidak transparan, dan budaya politik transaksional.

Peraturan Internal Partai

Salah satu faktor utama yang menyebabkan politik mahar adalah peraturan internal partai politik. Banyak partai politik di Indonesia memiliki peraturan yang mengharuskan bakal calon (Bacalon) mendapatkan rekomendasi dari pimpinan teratas partai. Proses mendapatkan rekomendasi dimungkinkan ini sering kali disertai dengan biaya yang tidak sedikit, meskipun dalam bentuk administrasi sekecil nilai materai.

Peraturan ini membuka celah bagi praktik politik mahar karena calon yang ingin mendapatkan dukungan partai harus bersedia membayar sejumlah uang. Biaya ini bisa berupa dana untuk administrasi, sumbangan kepada partai, atau bahkan pembayaran langsung kepada pimpinan partai. Hal ini menciptakan beban finansial yang besar bagi calon dan membuat mereka lebih cenderung terlibat dalam praktik-praktik korupsi untuk mengembalikan dana yang telah dikeluarkan.

Sistem Pembiayaan Politik yang Tidak Transparan

Faktor kedua adalah sistem pembiayaan politik yang tidak transparan. Kurangnya transparansi dalam sistem pembiayaan politik di Indonesia mendorong praktik politik mahar. Tidak adanya mekanisme pengawasan yang efektif membuat praktik ini sulit terdeteksi dan dihentikan.

Calon-calon yang ingin maju dalam pemilihan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk kampanye, yang sering kali tidak dilaporkan secara transparan. Hal ini menciptakan lingkungan di mana dana gelap dapat dengan mudah digunakan untuk mendapatkan dukungan politik. Selain itu, partai politik juga tidak diwajibkan untuk melaporkan secara rinci sumber dana mereka, sehingga membuat pengawasan menjadi lebih sulit.

Budaya Politik Transaksional

Budaya politik di Indonesia yang seakan cenderung transaksional memperkuat praktik politik mahar. Politik sering kali dipandang sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga transaksi finansial menjadi bagian yang diterima dalam proses politik. Budaya ini membuat para politikus dan partai politik lebih fokus pada keuntungan jangka pendek daripada kepentingan jangka panjang bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun