Mesin waktu?
Bukan.
Tapi mengganti zona waktu.
Akhir bulan Desember ini, negara pulau Samoa akan berpindah zona waktu. Yang membuat pergantian ini istimewa adalah lokasi negara Samoa yang tepat dilalui oleh garis tanggal internasional. Saat artikel ini saya tulis, Samoa masih berada di sebelah timur garis tanggal internasional. Mulai tanggal 31 Desember nanti, Samoa akan berada di sebelah barat garis tersebut.
Apa yang terjadi pada tanggal 30 Desember?
Tanggal 30 Desember 2011 tidak akan pernah ada di Samoa!
Karena perindahan zona waktu ini melibatkan garis tanggal internasional, zona waktu di Samoa bukan hanya bergeser satu jam tapi satu hari penuh. Jadi, saat jarum detik menunjuk angka 12 di tanggal 29 Desember 2011 pukul 24:00, Samoa akan langsung memasuki tanggal 31 Desember. Alasannya?
Dengan zona waktu yang baru ini, Samoa akan berada di zona tanggal yang sama dengan Australia dan Selandia Baru. Sedangkan sekarang ini Samoa tertinggal satu hari di belakang. Di zona waktu sekarang, hubungan bisnis kadang-kadang agak terganggu karena hari kerja yang berpotongan untuk kedua negara hanya ada empat hari: Senin-Kamis waktu Samoa.
Sebenarnya memang tidak ada yang sakral dengan zona waktu. Sejak pertama kali digunakan di akhir abad 19, sudah banyak perubahan terhadap zona waktu yang pertama kali digunakan. Dengan berbagai alasan. China, misalnya, menyatukan lima wilayah waktu menjadi hanya satu wilayah waktu saja di tahun 1949. Alasannya, saya rasa, adalah nasionalisme. Amerika dan beberapa negara lain memberlakukan Daylight Saving Time, dengan memajukan waktu satu jam pada musim panas sehingga waktu malam menikmati lebih banyak sinar matahari. Alasannya, mungkin ekonomi (hemat listrik, dsb.).
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah kita memerlukan tiga zona waktu? Apakah tidak sebaiknya kita berpindah zona waktu agar bisa melakukan shalat subuh pukul 6:00 pagi, sebelum berangkat ke kantor? Apakah perlu ada perbedaan satu jam antara Jakarta dengan Singapura?
Apa pun zona waktu yang dipakai, jangan pakai jam karet.