Melalui tulisan ini, saya akan sampaikan hasil pembedahan visi/misi kedua pasangan calon presiden/wakil presiden Indonesia, khusus untuk bidang kesehatan. Proses pembedahan yang saya lakukan tidak rumit-rumit, begini prosesnya: 1. Saya membaca kedua dokumen visi/misi yang saya peroleh melalui website KPU, lalu saya identifikasikan kalimat-kalimat dan/atau paragraf-paragraf (selanjutnya saya sebut sebagai “kalimat” saja) yang mengandung kata kunci yang berkaitan dengan kesehatan. Saya tidak punya daftar lengkap kata-kata kunci tersebut a priori, jadi sambil jalan saya putuskan kalau kata tersebut berkaitan dengan kesehatan atau tidak. Visi/misi Jokowi/JK: http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf Visi/misi Prabowo/Hatta: http://www.kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_prabowo-Hatta.pdf 2. Lalu kalimat tersebut saya kutip dan, dengan memperhatikan konteks di mana kalimat tersebut berada, saya simpulkan isinya. “Isi” di sini saya terjemahkan sebagai komponen-komponen yang terkait kebijakan kesehatan, baik itu isi dari kebijakannya sendiri, konteksnya, proses maupun pelaku. 3. Lalu saya bandingkan visi/misi kedua pasangan calon berdasarkan “isi” yang saya simpulkan tersebut. Isi dokumen visi/misi kedua capres hanya saya bedah pada tatanan tersurat, pastinya. Berikut hasilnya. Dokumen visi/misi Jokowi cukup panjang, 41 halaman, dibandingkan dengan dokumen Prabowo, 9 halaman. Visi dan misi kedua capres ada adalah sebagai berikut (klik untuk memperbesar): Prabowo secara eksplisit menuliskan “sehat” sebagai salah satu kualitas sumber daya manusia Indonesia di dalam pernyataan misinya. Jokowi tidak. Untuk mewujudkan visi/misi tersebut, kedua capres mengajukan beberapa agenda. Jokowi mengajukan sembilan agenda prioritas, sedangkan Prabowo mengajukan delapan. Berikut agenda-agenda prioritas yang diajukan kedua calon presiden (klik untuk memperbesar): Prabowo juga menuliskan program kesehatan sebagai salah satu cara untuk mencapai agenda prioritas untuk meningkatkan kualitas pembangunan sosial. Jokowi tidak. Namun ada baiknya kita melihat sejauh apa kesehatan menjadi perhatian kedua capres di luar butir-butir visi dan misi di atas. Untuk itu, perlu saya sampaikan bahwa struktur dokumen visi/misi kedua capres sangat berbeda. Dokumen visi/misi Prabowo sangat ringkas dan hanya berisi visi, misi, agenda utama serta poin-poin (program atau target) yang akan dicapai untuk agenda tersebut. Sebaliknya, dokumen visi/misi Jokowi yang hampir lima kali lebih panjang mempunyai bagian pembuka sepanjang lima halaman, berisi pemaparan masalah bangsa serta penjelasan dasar ideologi yang digunakan. Pembukaan dokumen visi/misi Prabowo hanya sepanjang dua paragraf. Yang menarik dari bagian pembukaan ini, Jokowi menuliskan ideologi “Trisakti”, disamping ideologi Pancasila, yang diwujudkan dalam bentuk kedaulatan di bidang politik, keberdikarian di bidang ekonomi dan kepribadian dalam kebudayaan. Ketiga komponen ideologi Trisakti ini kembali dijabarkan setelah penjabaran agenda prioritas dan di dalamnya juga tertulis beberapa program di bidang kesehatan. Karena struktur dokumen yang berbeda ini, isu kesehatan di dokumen visi/misi Jokowi lebih tersebar: ada di bagian pembukaan, ada di program prioritas dan ada di penjabaran ideologi Trisakti. Sebaliknya, di dokumen visi/misi Prabowo kesehatan hanya ditemukan sebagai penjabaran agenda kelima dan satu butir sebagai penjabaran agenda kedua. Berikut lengkapnya (klik untuk memperbesar): Kalau memperhatikan ekstrak dari dokumen visi/misi kedua capres yang berkaitan dengan kesehatan, seperti yang saya tulis dalam tabel di atas, nampaknya kesehatan menjadi topik yang berulang kali disebutkan di berbagi tempat oleh Jokowi: mulai dari kesehatan sebagai salah satu sumber masalah bangsa, sebagai bagian dari ideologi dan sebagai program untuk penjabaran agenda politik. Untuk agenda politik pun, topik kesehatan tidak hanya masuk sebagai program di bidang kesehatan, atau kesejahteraan sosial dan semacamnya, tapi juga masuk ke dalam agenda di bidang kerja sama luar negeri, politik, hukum, ekonomi dan kebudayaan (dalam hal ini: kepemudaan). Sebaliknya, topik kesehatan di dalam visi/misi Prabowo hanya terdapat di dalam program penjabaran agenda di bidang ekonomi dan pembangunan sosial. Di lain pihak, topik tentang pembiayaan kesehatan, pembangunan dan pemerataan fasilitas dan tenaga kesehatan nampaknya menjadi fokus kedua calon; perbedaan tentu ada di dalam detail masing-masing topik tersebut. Untuk pembiayaan, Jokowi nampaknya akan memulai program kartu-kartuan lagi. Saya tidak paham kenapa program primordial seperti ini masih harus diangkat di era JKN. Namun Jokowi juga menuliskan beberapa program terkait JKN, seperti peningkatan subsidi APBN untuk premi dan penggabungan konsorsium asuransi TKI ke dalam BPJS Kesehatan. Keduanya menjadi bagian dari upaya pemberdayaan buruh sehingga tidak jelas apakah subsidi premi akan ditingkatkan untuk peserta lainnya atau tidak. Yang cukup menggembirakan, saya rasa, adalah penulisan secara eksplisit tentang pemenuhan anggaran kesehatan “sekurang-kurangnya 5%” dari APBN. Prabowo tidak menulis banyak tentang pembiayaan kesehatan. Salah satu sumber pembiayaan kesehatan yang diprogramkan adalah dana APBN sebesar minimum satu milyar rupiah yang akan disalurkan ke tiap desa setiap tahun untuk membiayai klinik dan “rumah sehat” desa. Prabowo juga akan melakukan “percepatan pelaksanaan BPJS Kesehatan” untuk “menjamin pelayanan kesehatan gratis bagi rakyat miskin”. Saya kurang mengerti maksud dari program ini (karena BPJS sudah berjalan), namun saya tidak akan membuat asumsi. Pembangunan fasilitas kesehatan yang Prabowo programkan adalah klinik dan “rumah sehat” di setiap desa, “rumah sakit modern” di setiap kabupaten/kota dan peningkatan peran posyandu dan puskesmas. Jokowi juga menuliskan tentang pembangunan “rumah sehat” ini, tepatnya 50.000 rumah sehat, serta mengembangkan 6.000 puskesmas dengan fasilitas rawat inap, dengan memberi penekanan untuk daerah terpencil dan tertinggal. Untuk pemenuhan tenaga kesehatan, Prabowo akan memberlakukan kembali program serupa wajib kerja sarjana dan PTT untuk menempatkan sarjana dan dokter baru di daerah miskin dan tertinggal. Jokowi, di lain pihak, tidak menjabarkan “kebijakan khusus” yang akan dibuat terkait pemenuhan tenaga kesehatan di daerah terpencil. Topik-topik kesehatan spesifik yang diangkat oleh Jokowi adalah kesehatan ibu dan anak, HIV/AIDS dan penyakit menular seksual, topik besar penyakit menular dan penyakit kronis dan penyalahgunaan obat terlarang. Untuk topik-topik ini, dokumen visi/misi Jokowi tidak menuliskan program spesifik, kecuali untuk menyiapkan sarana rehabilitasi bagi pengguna narkoba dan psikotrpoika. Di lain pihak, Prabowo menuliskan tentang program Keluarga Berencana dan peningkatan gizi anak sekolah dengan penyediaan susu. Satu hal yang dituliskan Jokowi dan tidak oleh Prabowo di dalam dokumen visi/misi mereka adalah tentang regulasi terkait program kesehatan. Dalam hal ini, Jokowi menuliskan tentang penyusunan/pengesahan/revisi berbagai regulasi, termasuk regulasi untuk pemenuhan tenaga kesehatan, UU Kesehatan, UU Keperawatan dan UU Kebidanan. Bagaimana pendapat saya? Saya rasa visi/misi, rencana program, janji kampanye, atau apa pun yang kedua capres sampaikan di dalam kedua dokumen ini sama-sama jauh dari memuaskan. Fokus kedua capres saya rasa masih sangat terbatas kepada pelayanan kesehatan, dalam arti pelayanan medis, dan tidak berbicara banyak tentang upaya apa yang akan mereka kerjakan di bidang pencegahan penyakit, seperti dapat dilihat dari banyaknya konten tentang pembiayaan dan pembangunan fasilitas kesehatan. Di luar topik pembiayaan dan fasilitas/tenaga kesehatan, topik yang diangkat nampaknya sangat arbitrary. Saya menghargai Prabowo yang memasukkan program Keluarga Berencana dan peningkatan gizi, dan Jokowi yang menjadikan kesehatan sebagai satu topik di berbagai konteks pembangunan, namun saya belum melihat bagaimana kesehatan akan diprioritaskan di dalam program kerja mereka dan bagaimana prioritas di dalam program kesehatan akan mereka buat. Saya pribadi tidak menaruh harapan besar akan terjadi perubahan mendasar di bidang pembangunan kesehatan Indonesia, siapa pun yang terpilih, jika menilai dari dokumen visi/misi ini. Saya rasa untuk bidang kesehatan, 5 tahun mendatang hanya akan menjadi business as usual. Tentunya kedua capres punya kesempatan untuk menjelaskan lebih jauh isi dokumen ini dalam masa kampanye, dan semoga kita akan mendengar banyak hal baik dari keduanya. Bagaimana pendapat Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H