Mohon tunggu...
forrest dear
forrest dear Mohon Tunggu... -

Ready to write

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mama: A Tribute

22 Desember 2011   17:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:53 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

This is a tribute to a person called Mama. One Mama. My Mama.

22 Desember 2011. Hari Ibu. Jika saja ramalan Suku Maya bahwa dunia akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2012, maka hanya pada Hari Ibu kali inilah kesempatan dan momen paling tepat aku bisa menelepon Mama untuk bilang "Aku sayang Mama".

Menjadi perantau memang menyenangkan, kecuali di bagian terpisah dari orang tua dan keluarga. Terutama Mama.

Temanku yang punya Blackberry bilang pada hari ini tiba-tiba banyak sekali temannya yang memasang foto profil "emak" mereka. Hahaha. Aku tak punya BB dan walau punyapun kurasa aku takkan memasang foto Mama.

Jadi kutelepon Mama. Kuucapkan selamat Hari Ibu padanya. Kukatakan aku menyayanginya. Lalu Mama mulai terisak sambil bilang ia menyayangiku juga.
Kedengarannya seperti adegan sinetron, tapi ini bukan. Mama bukan tokoh dalam sinetron yang mendayu-dayu, yang senantiasa ditimpa kemalangan bertubi-tubi, yang difitnah orang dsb. Tapi ada beberapa hal dalam hidupnya yang mungkin membuatnya sedih, dan itu membuatnya menangis. Dan ada beberapa hal lainnya lagi yang mungkin membuatnya bahagia, dan anehnya, itu juga membuatnya menangis. Kurasa banyak wanita begitu.

Mama bukan wanita terbaik bagi dunia. Tapi ia terbaik bagiku. Ia bukan apa-apa dibanding Putri Diana, Bunda Theresa, Aung San Suu Kyi, dan banyak wanita baik di dunia yang hebat-hebat. Dalam beberapa kesempatan Mama membuatku jengkel dan aku bertengkar dengannya. Pemikirannya yang sederhana kerap berbenturan dengan caraku yang terkadang kompleks dalam memandang segala sesuatu. Ia kesulitan memahami jalan pikiran dan mauku, dan sebaliknya aku berusaha menanamkan kompleksitas dalam kesederhanaannya. Itu membuatku merasa sangat tidak enak, namun membuatku semakin dekat dengannya.

Jika ada ajang pemilihan Mama terbaik, mungkin Mama tidak akan masuk nominasi sekalipun dibandingkan Mama-Mama lain yang hebat-hebat. Hasil masakannya walaupun lezat, namun masih banyak Mama lain yang mampu memasak lebih hebat. Dari sisi kelembutan, masih banyak yang lebih lembut. Dari sisi kecerdasan, yah, Mama hanya lulusan SR. Bandingkan dengan seorang wanita pilot lulusan S2 sebuah universitas ternama yang juga menjadi Mama bagi anak-anaknya, penuh kelembutan dan kasih sayang.

Tapi jika aku disuruh memilih Mama mana yang kuinginkan, aku tidak akan memilih yang lain, aku tidak ingin memilih yang lain. Aku akan memilih dia, Mamaku.

Kenapa?

Karena ia Mama terbaik sedunia buatku. And I love her so..

This is a tribute to a person called Mama. One Mama. My Mama.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun