Mengendalikan diri dalam menyikapi masalah merupakan suatu hal yang sangat sulit. Menjadi manusia yang bisa bersikap lapang yaitu cerdas dalam mengendalikan serta menyaring apapun yang datang ke dalam hati. Tidak langsung mengumbar kemarahan atau tampang kecut seketika, seseorang bijak menggunakan kombinasi otak yang akan segera menganalisis suatu masalah lalu menggunakan hati yang sangat lapang untuk menampungnya. Sehingga tidak ada masalah yang membuatnya hilang gairah dalam menjalani hidup, mereka para bijak selalu membuka ruang di dalam hatinya untuk menyimpan segala permasalahan-permasalah hidup. Bahasanya yaitu menyisakan ruang hati jikalau sewaktu-waktu ada yang membuat sakit hati misalnya pengkhianatan, penghinaaan, dibenci, dimaki, dikatai, dll.
Filosofinya ketika segenggam garam kita masukan ke dalam segelas air pasti akan terasa pahit dan tidak mengenakan. Tetapi ketika garam itu kita tebarkan ke suatu telaga yang luas lalu perhatikan apa yang terjadi?? (sekelibat pak Mario Teguh lewat). Garam yang hanya segenggam ternyata tidak ada rasanya bahkan air telaga itu masih segar, dingin dan adem. Tapi apa yang terjadi segenggam garam dalam segelas air tadi??
Ternyata hati lah yang menjadi kunci utama, jika kita membiarkan dan membuat lapang hati ini seperti telaga tadi apapun permasalahnya dapat teratasi. Bukan mengabaikan masalah, tapi kita mencoba untuk membuka ruang hati dalam menyikapi masalah itu. Kenapa kita harus marah ketika dikatain orang bodoh, kenapa kita harus membanting piring dan gelas hanya gara-gara diputusin pacar. Dan kenapa ada orang yang hanya senyum ketika divonis dokter bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan, ada juga orang yang ketika ditipu dalam perniagaannya hanya mengucakan sebuah kata bijak sabar.
Masalah yang datang tidak sepatutnya dibenamkan dalam-dalam, seakan hidup ini akan berakhir hanya karena segenggam masalah menghinggapi. Covey mengingatkan jika masalah itu tidak dapat terselesaikan seketika maka simpanlah dulu di ruangan hati yang telah kita persiapkan. Diamkanlah sejenak untuk mengistirahatkan kekakuan-kekakuan otak yang kesal dan lelah. Cobalah segelas air yang ringan kamu genggam sehari semalam tanpa istirahat. Lalu perhatikan ketika segelas air itu kita genggam walaupun berhari-hari tapi dengan istirahat secara periodik. Pasti akan terasa ringan.
Masalah tidak akan hilang hanya karena kita diam dan sabar, toh gelas yang kita genggam juga tidak akan hilang-hilang walaupun dengan mengistirahatkannya.
Bersikaplah dewasa anakku, kamu adalah seorang pemenang. Bukan pecundang!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H