Mohon tunggu...
FORMATETA UNRI
FORMATETA UNRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Wadah untuk mengasah Skill

Formateta merupakan divisi dari Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas Riau yang Memiliki Sub divisi Foragrin dan HMPPI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agroindustri Indonesia pada Konflik Russia-Ukraina

29 April 2022   14:40 Diperbarui: 29 April 2022   14:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak mengenal tepung terigu? Hampir di setiap supermarket, warung kecil, kita selalu menjumpai bahan baku yang satu ini. Tepung terigu ini mempunyai banyak kegunaan yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satuya untuk memasak. Tepung terigu terbuat dari hasil biji gandum yang dihaluskan melalui proses penggilingan. 

Makanan yang berbahan baku gandum atau tepung terigu ini telah menjadi sumber makanan pokok banyak negara, salah satunya adalah Indonesia. Banyaknya pasokan yang melimpah di pasaran dunia, pengolahannya yang sangat mudah dan praktis, serta kandungan proein yang tinggi telah membuat makanan berbasis tepung terigu ini melesat cepat terjun ke berbagai negara. Siapakah negara-negara pengekspor gandum? Negara-negara yang selalu mengekspor gandum yaitu Amerika, Kanada, Australia, China dan Rusia.

Tepung terigu yang datang biasanya masih dalam bahan baku butiran-butiran biji gandum. Kemudian, biji-biji gandum tersebut diproses melalui pencucian, pengupasan, penggilingan dan pemutihan. Oleh sebab itu, jadilah tepung terigu yang berwarna putih dan bertekstur halus.

Akan tetapi, dalam beberapa bulan belakangan ini terjadi konflik di daerah Eropa khususnya Russia dan Ukraina. Konflik ini mengakibatkan terjadinya kenaikan beberapa harga disektor pangan dan juga energi. Ukraina merupakan pemasok gandum terbesar bagi Indonesia. Sebaliknya bagi Ukraina, Indonesia adalah negara tujuan ekspor gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Ukraina memasok 2,96 juta ton gandum atau setara 27% dari total 10,29 juta ton yang diimpor Indonesia pada tahun 2020.

Bhima mengatakan kenaikan harga gandum cepat atau lambat akan berdampak pada konsumen di Indonesia, mengingat gandum merupakan bahan baku dari produk pangan seperti mi instan dan terigu. Indonesia sendiri merupakan negara pengonsumsi mi instan terbesar kedua di dunia, dengan total 12,6 miliar porsi pada 2020. 

"Dampaknya harga bisa naik, berat bersih produk berkurang, atau menurunkan kualitas," kata Bhima kepada BBC News Indonesia, Jum'at (04/03). "Tapi mi instan kan banyak dikonsumsi juga oleh masyarakat kelas menengah bawaj, sehingga kenaikan harga 1.000 rupiah saja akan terasa." Ujar dia.

Meski Indonesia bisa mencari alternatif produsen gandum lain untuk memenuhi kebutuhan gandum, Bhima mengatakan prosesna akan memakan waktu. Sementara itu, harga gandum akan tetap mengacu pada harga yang ditetapkan secara global, sehingga kenaikannya tidak bisa dihindaari. Setelah invasi ke Ukraina terjadi, harga gandum global naik sebesar 5,35% menjadi 9,84 US atau sekitar RP 141.373 pergantang. Kenaikan itu merupakan yang tertinggi sejak 2008.

Sorce: bbc.com, Konflik di Ukraina akibat invasi Rusia telah menyebabkan kenaikan harga pangan sehingga energi di Indonesia, kata Direktur Center of aeaconomic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun