Jakarta, 13/03/2017 – Pada akhir pertemuan kebijakan selama dua hari yang dimulai besok, Federal Reserve diperkirakan bakal menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) untuk mencegah potensi overheating ekonomi meskipun Presiden AS Donald Trump dan penasihat ekonominya sedang tertarik untuk membangun dorongan bagi ekonomi negaranya.
“Pada hari Rabu [Kamis waktu Indonesia], The Fed berencana untuk membuat langkah pertama ke arah restraint (menahan diri/pengetatan moneter). Bank sentral AS akan mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga acuan pada akhir pertemuan dua hari dari komite pembuat kebijakan,“ demikian yang dilansir New York Times.
Para analis melihat berdasarkan Fed Fund Futures, ada peluang sebesar 88,6 persen bagi kenaikan suku bunga sebanyak 25 bp pada hari Rabu.
Jumat lalu, laporan nonfarm payrolls (NFP) periode Februari menunjukkan bahwa ekonomi AS menambahkan 235.000 pekerjaan, jauh lebih kuat dari perkiraan para ekonom.
Bagi pemerintahan AS yang baru, laporan pekerjaan Februari yang kuat itu adalah sebuah kabar baik. Untuk Federal Reserve, angka itu menjadi sinyal bahwa sudah waktunya untuk menaikkan suku bunga.
New York Times juga melaporkan bahwa Trump dan Ketua The Fed Janet Yellen tampaknya lambat laun akan “bertabrakan” karena Trump telah berulang kali bahwa mengatakan bahwa dia ingin pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Peningkatan suku bunga sebesar 25 bp itu sendiri kecil. Suku bunga AS diperkirakan akan tetap di bawah 1 persen dan suku bunga pinjaman konsumen dan bisnis akan tetap sangat rendah menurut standar historis. Tapi The Fed bergerak lebih awal dari yang diperkirakan pasar karena ekonomi AS tampaknya sedang mendapatkan tenaga.
Para pejabat Fed dan ekonom independen juga terus menekankan bahwa bank sentral AS tidak akan mendahului kebijakan pemerintahan baru.
Para pejabat Fed memperkirakan ekonomi AS sudah tumbuh di laju maksimum. Pada bulan Desember mereka memperkirakan ekonomi akan tumbuh 2,1 persen tahun ini, sedikit lebih cepat dari pertumbuhan 1,8 persen yang mereka nilai sebagai laju pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable).
Pertumbuhan di atas laju berkelanjutan tersebut dapat menyebabkan inflasi bergerak lebih tinggi dan pada gilirannya dapat memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih cepat, jalur yang sering berakhir ke dalam sebuah resesi.
Sumber berita: ForexSignal88, New York Times, Lanka Business Online