Assalamu'alaikum Wr. Wb
Bapak Presiden yang terhormat, semoga Bapak dalam keadaan sehat walafiat sehingga bisa terus memimpin bangsa Indonesia yang besar dan majemuk ini dan tentunya masih dapat membaca dan mendengarkan keluhan kami dan ribuan teman-teman kami dalam surat ini.
Surat ini kami tulis tidak untuk memberi kartu kuning kepada Bapak seperti yang diberikan oleh mahasiswa Universitas Indonesia beberapa waktu lalu. Kami masih menghormati Bapak sebagai pemimpin bangsa yang masih memiliki komitmen besar bagi kemajuan bangsa ini.
Surat ini kami tulis untuk mengadukan nasib kami, ribuan dosen dan tenaga kependidikan Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB) yang terancam masa depannya karena tidak lagi memiliki status kepegawaian. Seperti yang telah Bapak ketahui, delapan tahun lalu, Negara melalui rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengambil kebijakan menegerikan 34 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di seluruh Indonesia, termasuk universitas swasta besar dan tua seperti Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Yogyakarta, UPN "Veteran" Jakarta dan UPN "Veteran" Jawa Timur. Upaya penegerian PTS-PTS ini dilakukan dalam rangka meningkatkan peran pemerintah di bidang pendidikan.Â
Kami sepakat bahwa tujuan penegerian PTS-PTS menjadi PTNB memiliki tujuan mulia yaitu meningkatkan pembangunan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan. Tapi yang tidak kami sepakati adalah cara-cara yang dilakukan dalam upaya penegerian ini. Negara telah melakukan cara-cara yang gegabah dalam merancang dan melaksanakan kebijakan tersebut. Cara yang gegabah karena Negara telah abai terhadap nasib masa depan SDM PTS-PTS tersebut.
Asset-asset fisik seperti tanah, gedung dan peralatan lainnya, juga asset non fisik seperti mahasiswa, reputasi, hasil-hasil riset telah diambil alih oleh Negara tapi asset berupa dosen dan tenaga kependidikan yang telah berpuluh tahun mengabdi di PTS yang bersangkutan, dicampakkan tanpa ampun sehingga sampai saat ini tidak memiliki status kepegawaian.
Kami sudah mengabdi dan turut serta mencetak tunas-tunas harapan bangsa lebih dari 20 tahun, bahkan diantara kami tidak sedikit yang sudah bergelar Doktor, Magister, Lektor Kepala, Lektor, dan menempati jabatan-jabatan struktural strategis di universitas masing-masing. Tapi Negara mengatakan, berdasarkan aturan yang ada, karena batas usia kami tidak bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).Â
Negara sudah sangat tidak adil memerlakukan kami, status kepegawaian kami yang semula pegawai tetap direnggut menjadi pegawai tanpa status. Ketiadaan status ini menyebabkan kami tidak lagi memiliki hak gaji, tunjangan, pensiun, hak-hak kami untuk menempati jabatan-jabatan strategis direnggut paksa oleh Negara. Kami dipaksa hanya menerima honor dan menjadi pegawai tanpa status di rumah kami sendiri. Ribuan dosen dan pegawai kependidikan, belum lagi keluarganya, masa depannya menjadi gelap gulita.
Bapak Presiden yang kami hormati, kami menulis surat terbuka ini, karena sudah berbagai upaya kami lakukan tapi kami seperti membentur tembok kesombongan aparat Negara. Berbagai Kementerian hanya memberi janji-janji tanpa solusi. Sudah hampir empat tahun, bahkan di beberapa PTNB sudah delapan tahun, kami terkatung-katung, selama kurun waktu tersebut sudah banyak teman kami yang berguguran, pensiun atau mengundurkan diri tanpa jaminan pensiun dan hari tua yang layak. Ribuan lagi anggota keluarga :anak-anak, isteri mereka mengharap dengan cemas akan nasib masa depannya.
Bapak Presiden yang kami hormati, kami tulis surat ini kepada Bapak, karena kami yakin Bapak masih memiliki hati nurani, Bapak adalah sosok pemimpin yang selalu bekerja tuntas, jujur dan adil. Kami berharap Bapak segera memberikan solusi bagi kami ribuan dosen dan tenaga kependidikan yang menjadi korban kebijaksanaan Negara yang sembrono.Â
Bapak adalah sosok Presiden yang bijak sehingga mampu menyelesaikan masalah ini dengan adil dan berhati nurani. Solusi yang terbaik dari Negara adalah: tolong angkat kami semua menjadi PNS maka niscaya semua persoalan berkait dengan PTNB akan selesai. Kebijakan ini akan menorehkan tinta emas nama Bapak dalam menyelamatkan dunia pendidikan tinggi di Indonesia.Dan kami merasa tidak sia-sia telah memilih Bapak sebagai Presiden.
Terimakasih atas perhatian Bapak, mohon maaf kalau sekiranya ada tutur kata kami yang tidak berkenan.