Mohon tunggu...
Forando Hotman S
Forando Hotman S Mohon Tunggu... Administrasi - Mencoba membangun harapan

mahasiswa pencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mengapa Rakyat Mudah Dihasut untuk Memilih Calon Tertentu?

11 Februari 2018   17:05 Diperbarui: 11 Februari 2018   17:10 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kehidupan masyarakat Indonesia adalah sebuah kehidupan yang sangat unik. Salah satunya adalah kebiasan kehidupan masyarakat yang selalu bergotong royong dan suka membantu dalam segala hal, misalnya di sebuah desa ada seseorang yang sedang dirawat di rumah sakit dan biasanya hampir seluruh di desa tersebut datang untuk menjenguk, terutama bagi orang-orang yang memiliki sosial tinggi di desanya masing-masing sehingga tidak heran saat berada di rumah sakit melihat rombongan datang berbondong-bondong. 

Selain untuk memberikan semangat dan doa biasanya ada sebuah hal yang membuat masyarakat ingin melakukan hal tersebut yaitu sebuah balasan atau balas budi sehingga tidak jarang di suatu perkumpulan atau di desa apabila seseorang yang jarang aktif di perkumpulan atau di desa tersebut akan terasingkan. Kehidupan masyarakat yang selalu merasa tidak nyaman apabila tidak melakukan balas budi terhadap sesuatu membuat seseorang biasanya merasa terbebani. Tetapi sadarkah kita bahwa hal seperti membuat kita akan mudah terhasut oleh sesuatu?

Pada saat menjelang pemilu di berbagai daerah hal inilah yang biasanya dimanfaatkan oleh calon. Para calon biasanya akan mendeklarasikan tentang identitasnya mulai dari suku, agama dan lain sebagainya sembari membagikan sembako atau lain sebagainya.

Dengan diberikannya sembako maupun bentuk lain maka masyarakat akan merasa terbebani dan merasa tidak nyaman apabila tidak melakukan balas budi. Walaupun Sang calon tidak mengucapkan sebuah kata "Pilihlah Saya" namun melalui sembako tersebut akan membuat sebuah bahasa isyarat yang membuat si penerima memahaminya. Hal seperti seperti ini bisa diibaratkan seperti sebuah perangkap dengan membuat makanan sebagai umpan.

Selain hal tersebut lemahnya SDM masyarakat juga akan dimanfaatkan sang calon. Banyaknya masyarakat yang malas membaca akan membuat tingkat SDM masyarakat akan menyusut walaupun sekali ia adalah tamatan perguruan tinggi. 

Kebanyakan masyarakat merasa bahwa calon yang memberikan uang dan bentuk lain akan berubah menjadi malaikat atau orang yang murah hati. Padahal tidak mudah si calon membagikan uang kepada masyarakat apabila telah terpilih. Kesadaran masyarakat yang sangat lemah akan mudah terhasut oleh janji-janji si calon, terutama bagi masyarakat kalangan kebawah. 

mengapa masyarakat kalangan bawah?

Biasanya masyarakat kalangan bawah tidak terlalu peduli dengan pemimpinnya. Selama ia masih dapat hidup tenang (rumahnya tidak digusur dan diberi bantuan tunai) maka biasanya masyarakat kalangan bawah tidak akan merasa terbebani dengan hasutan oleh calon pemimpin. Masyarakat terkadang tidak menyadari bahwa kerugian yang diterima apabila memilih pemimpin yang salah dan tidak sebanding dengan yang dia terima pada saat masa kampanye.

Lantas bagaimanakah cara menghindarinya? 

Menghindari hal yang dilakukan oknum tertentu bukan berarti kita tidak menerima sembako, namun dibalik seseorang memberi sembako tersebut kita harus melihat latar belakangnya. Memilih calon pemerintah sebenarnya sangatlah mudah. cukup kita melihat jejak yang pernah ia lakukan dan perkembangan yang dilakukannya maka kita sebenarnya sudah mampu melihat kepemimpinannya.

Seharusnya KPU juga membuat sebuah aturan mengharuskan jejak perjalanan kepemimpinan di Baliho dan di poster.

NB. Saya tidak mengatakan bahwa menolong orang adalah salah hanya saja  yang salah adalah cara menolongnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun