Menurut J.C. Johari menunjukkan bahwa hubungan internasional adalah tentang studi tentang interaksi antara negara-negara berdaulat, tetapi juga tentang studi aktor non-negara yang perilakunya mempengaruhi tugas-tugas negara.
Aktor-aktor dalam hubungan internasional terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah aktor negara dan yang kedua adalah aktor non negara atau disebut sebagai aktor non negara. Aktor negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Timor Leste dan Organisasi Pemerintahan Internasional (IGO). Negara adalah negara berdaulat yang dibangun di atas kesadaran nasional. Itulah sebabnya para aktor ini juga disebut negara bangsa. Aktor non-negara termasuk perusahaan multinasional - MNC, organisasi non-pemerintah internasional - INGO, organisasi kejahatan terorganisir internasional -TOC, organisasi masyarakat - ORMAS dan individul.
Di sini dapat ditekankan bahwa seseorang dapat menjadi aktor dalam hubungan internasional, biasanya seseorang yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam politik global dan internasional, seperti Steven Spielberg, Emma Watson, Bob Geldof dan Bono. Bisakah seorang siswa kemudian menjadi aktor dalam hubungan internasional?
Untuk menjadi aktor dalam hubungan internasional seseorang harus memiliki tiga kualitas, yaitu:
(1) Ia memiliki kapasitas mandiri untuk menentukan tujuan dan minatnya. (2) Dapat memobilisasi sumber daya material dan manusia. (3) Tindakan Anda harus berdampak signifikan. Seorang individu ingin menjadi pemain internasional, tindakan mereka dapat berdampak pada orang-orang di sekitar mereka. Mahasiswa dapat menjadi aktor dalam hubungan internasional jika memenuhi kriteria yang ada dan dapat mempengaruhi pemikiran dunia global melalui tindakannya.
Aktor dalam hubungan internasional tentunya memegang peranan penting dalam segala tugas. Setiap orang memiliki perannya masing-masing. Di sisi lain, meskipun aktor negara seringkali lebih fokus pada hubungan internasional, aktor non negara juga sering dibutuhkan dalam bidang ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktor negara dan aktor non negara memiliki peran yang berbeda. Walaupun kedua aktor ini memiliki tugas yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu terjalinnya hubungan internasional yang erat dengan negara lain. Karena tanpa aktor-aktor tersebut, negara tidak memiliki media atau mitra distribusi dari satu negara ke negara lain
Satu hal yang pasti: seorang siswa yang belajar di luar negeri dapat yakin bahwa dia adalah perwakilan dari negaranya sendiri. Martabat dan perspektif orang luar tentang negara dapat bergantung pada perwakilan negara. Mereka tidak harus orang penting seperti presiden, menteri, dan pegawai. Seorang siswa juga dapat menyelesaikan tugas ini. Selain itu, di negara bagian dan negara, siswa memainkan peran penting. Menurut Leila Mona dalam 'Pengembangan 'Personal Social Responsibility (PSR)' dalam Membangun Karakter Mahasiswa', mahasiswa memiliki lima peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu:
- Mahasiwa sebagai iron stock
Artinya, kepribadian yang baik dan orang-orang yang kuat dan berakhlak mulia diharapkan dari para siswa untuk menggantikan generasi sebelumnya. Moralitas berarti perilaku mulia dan mengutamakan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Dalam hal ini, mahasiswa berperan sebagai aset dan harapan untuk berkontribusi bagi bangsa di masa depan. Setiap siswa tentunya memiliki kecerdasan intelektual yang juga harus diimbangi dengan akhlak atau perilaku yang baik.
- Mahasiswa sebagai agent of change
Artinya, mahasiswa diharapkan mampu memimpin dan memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara menuju kesejahteraan yang lebih besar. Kata "agen perubahan" dalam pernyataan tersebut mengandung arti bahwa pemuda Indonesia harus melakukan perubahan ke arah yang lebih positif atau lebih baik. Kutipan dari buku Senandika: "Siswaku, Pelangi Hidupku" oleh Evie Kareviat (2021) Dalam hal membawa perubahan, mahasiswa bukan hanya penggagas tetapi juga pelaku. Sebagai agen perubahan, mahasiswa harus selalu berpikir aktif dan kreatif.
- Mahasiswa sebagai guardian of value
Artinya, siswa diajarkan untuk berpikir secara ilmiah dan mencari kebenaran atau fakta. Selain itu, mahasiswa juga berperan sebagai penjaga nilai-nilai masyarakat dengan memantau dan memberikan pendapat ketika nilai-nilai yang tidak sesuai diterapkan. Nilai-nilai yang ada di masyarakat adalah kejujuran, membela keadilan, keikhlasan, gotong royong, empati dan nilai-nilai lainnya. Tidak hanya sebagai pemelihara, tetapi juga sebagai pemelihara nilai, siswa dapat menyebarkan nilai-nilai tersebut
- Mahasiswa sebagai moral force
Artinya, siswa dijadikan sebagai acuan dasar untuk bertingkah laku. Siswa diharapkan dapat mencerminkan nilai-nilai karakter yang baik sesuai dengan kemampuan intelektualnya. Nilai karakter ini dapat diekspresikan melalui akhlak atau perilaku yang beradab sesuai dengan statusnya sebagai pelajar. Buku Budaya Akademik dan Kemahasiswaan H. Syamsunie Carsel (2020) menyandingkan tingkat intelektualitas mahasiswa dengan tingkat moralnya. Sehingga mahasiswa sering dijadikan sebagai model dan penggerak bagi perbaikan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara..
- Mahasiswa sebagai social control
