Mohon tunggu...
Frederica Nancy
Frederica Nancy Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Hi! Salam kenal dari saya yang tengah belajar dan menari dalam dunia komunikasi massa-digital!

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Internet Berjalan dan Berevolusi Tiap Waktu

1 September 2020   12:21 Diperbarui: 2 September 2020   12:40 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. kabel serat optik (VOX, 2020)

Hai kamu! Sedang berselancar di internet ya?

Kamu pernah membayangkan bahwa internet tidak melulu soal tower-tower besar nan menjulang tinggi tapi juga terhubung pada benda yang begitu tipis setipis helaian rambutmu? Atau mengapa dan bagaimana internet bisa berkembang canggih se-nggak terduga ini?

Bagaimana Internet Bekerja?

Semua ini bermula dari adanya jaringan. Jaringan komputer yang terkoneksi dalam sistem global menggunakan Internet Protocol suite akan dihubungkan oleh teknologi nirkabel, jaringan optik, dan elektronik (Widodo, 2020). Jaringan ini bekerja untuk membawa sumber data dan sejumlah layanan informasi, misalnya dokumen telepon, surel, dokumen hypertext, hingga aplikasi World Wide Web (WWW).

Sederhananya, kamu dapat membayangkan internet berbentuk lingkaran dengan tiga lapisan (VOX, 2020).

Gambar 1. analogi lapisan lingkaran sirkulasi internet (VOX, 2020)
Gambar 1. analogi lapisan lingkaran sirkulasi internet (VOX, 2020)

Kamu berada pada lapisan terluar. Lokasimu menjadi tempat pertama data yang kamu unggah dan tempat terakhir bagi data yang ingin kamu akses.

Selanjutnya, ada internet hub. Sebelum dikirim dari dan kepadamu, data dipotong ke dalam bilangan biner—berupa kepingan-kepingan angka nol dan satu— yang tiap byte-nya terdiri dari 8 angka ini. 

Potongan-potongan ini akan masuk ke dalam banyak paket data, dikirim layaknya pos daring dengan header yang menerangkan alamat IP pengirim dan penerima data.

Pengiriman informasi biner ini dilakukan dalam bentuk gelombang frekuensi radio melewati kabel-kabel yang dimiliki Internet Service Provider dan berubah bentuk menjadi gelombang cahaya untuk selanjutnya dikirim ke perangkatmu. Fasilitas ISP ini dapat berupa reuter bagi pengguna WiFI atau tower-tower pemancar untuk pengguna mobile data (kuota).

Untuk pengiriman antara lokasi yang jauh dengan bantuan jaringan kabel serat optik, data menempuh perjalanan hingga beribu-ribu mil, termasuk saat melewati pusat penyimpanan data. Kabel-kabel serat optik ini dipasang di bawah tanah, baik di pegunungan maupun dipasang di dasar laut (Learn Engineering, 2019).

Gambar 2. internet backbone di dasar laut yang digigit hiu (Vox, 2020).
Gambar 2. internet backbone di dasar laut yang digigit hiu (Vox, 2020).

Sebut saja perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi global, seperti AT&T, Google, Verizon, dan Subcom telah memasang banyak kabel yang umumnya berbahan dasar fiberglass ini di berbagai belahan dunia. Inilah yang kemudian disebut sebagai internet backbone—si lapisan ketiga dan terdalam— sebab rusaknya benda fisik ini jelas akan mengganggu proses transmisi data kamu.

Gambar 3. kabel serat optik (VOX, 2020)
Gambar 3. kabel serat optik (VOX, 2020)


FYI, setiap alamat di internet, website apapun termasuk smartphone atau PC kamu punya tanda pengenal yakni si alamat IP. Nah, karena itu muncullah Domain Name yang memudahkan kita mengakses situs tertentu daripada harus menghapal IP address-nya. Contohnya, Youtube.com adalah Domain Name, sedangkan 208.65.153.238 adalah alamat IP.

Fakta bahwa internet tidak hanya soal virtual namun juga fisik menjadi sangat menarik. Jika internet saat ini ternyata diproses dengan cara yang cukup kompleks, bagaimana kisah internet ini dimulai?

Kilas Balik 

Sejarah terkait Perang Dingin menjadi pengantar yang menarik. Sejak SPUTNIK diluncurkan militer Rusia, Amerika Serikat di lain sisi memunculkan cikal bakal internet yang dinamai ARPANet— mulai dipelajari oleh Rand Corp pada 1962 dan resmi beroperasi pada 1969 (Widodo, 2020, h.5). Lembaga yang dikelola Departemen Pertahanan AS ini mengendalikan jaringan komunikasi berbasis komputer untuk mengembangkan sains dan teknologi bagi militer hingga Amerika akhirnya punya koneksi internasional pertamanya.

Di tahun 1963, Ted Nelson menciptakan hypertext yang digunakan untuk keperluan manajemen dokumen pribadinya. Ia kemudian mengembangkan Project Xanadu yang memungkinkan publikasi dokumen elektronik tanpa batasan ruang dilakukan secara interaktif lewat komputer.

Pada 1974, penyajian konten tampak lebih menarik dengan munculnya videotext oleh The British Office’s Research Laboratory yang memungkinkan adanya kolaborasi foto, desain, dan grafis. BBC Inggris pun mengikuti perkembangan ini dengan memunculkan Teletext. Negara-negara barat pun mulai melihat videotext mampu membuat informasi lebih jelas sebab ada visualisasinya.

Gambar 4. Videotext (Wikimedia)
Gambar 4. Videotext (Wikimedia)

Sementara itu, pada dekade 80-an, muncullah Internet Protocol suite (IP/TCP) yang hingga kini berperan sebagai alamat seluruh website di dunia. Muncul pula Domain Name System (DNS) yang sekarang menjadi “buku telepon” bagi nama dan alamat IP setiap website di internet.

Kehadiran Viewtron oleh surat kabar Knight-Ridder pada 1983 sebagai perintis awal berita daring pun membuat internet tak lagi sebatas untuk berkomunikasi. Ia menjadi sistem pertama yang dirancang memudahkan pembaca dalam pengiriman berita langsung hingga pemberian akses berita lebih cepat ketimbang versi cetak.

Internet berkembang pesat pada dekade 90-an. Setelah ponsel internet muncul dan memudahkan koneksi masyarakat via internet, hadir Hypertext Markup Language (HTML) dan World Wide Web. WWW akan mengambil, mengedit format, dan menampilkan informasi berupa teks, audio, visual, dan grafis dengan pondasi utama yakni hypertext (data yang berisi link ke data-data lainnya). Kamu dapat mengakses dan menelusuri berbagai alamat situs dengan World Wide Web di program komputer, seperti Chrome, Safari, Mozilla Firefox, Internet Explorer, Microsoft Edge, dsb. (Pie Chart Pie, 2019).

browser-300x300-5f4dd79e097f36716774e842.png
browser-300x300-5f4dd79e097f36716774e842.png
Fitur ini kemudian banyak digunakan oleh media pemberitaan secara daring, seperti CNN, News & Observer, dan The Chicago Tribune. University of Florida menjadi situs jurnalisme pertama yang diluncurkan, diikuti publikasi artikel daring pertama oleh situs The New York Times.

Selanjutnya, media daring semakin menjamur pada 1995. Pemberitaan daring mulai interaktif terhadap khalayak dan blog dengan munculnya unggahan pertama oleh Salam Pax yang menceritakan keadaan Perang Irak pada 2003. Sejak saat itu, pada 2005-2007, situs blog kian berkembang dan diminati hingga mampu mengolaborasi konten dengan video dan akhirnya mempopulerkan Youtube.

Tahun-tahun setelahnya, internet menjadi sarana media daring yang dapat diakses melalui gadget. Alhasil, internet dan jurnalisme daring semakin marak berkembang hingga media sosial juga ikut lahir dan tumbuh besar di masyarakat saat ini.

Peningkatan penggunaan internet ini tak lepas dari beberapa faktor pendukung, yakni (Widodo, 2020, h.9):

  • World Wide Web yang kian berkembang dan;
  • Daya tarik internet yang menunjang proses communication, information retrieval, dan information search.

Keunggulan dan Kelemahan Internet

Beragam dampak dari penggunaan internet bersifat relatif. Bagimu, internet mungkin memudahkan segala aktivitas komunikasi dan pencarian data dengan biaya yang murah. Akan tetapi, bagi masyarakat di daerah minim jaringan pemancar yang masih belum dapat mengakses sinyal internet dengan mumpuni, fasilitas ini masih dapat disebut punya banyak kelemahan. Oleh sebab itu, berikut beberapa keunggulan dan kelemahan signifikan internet :

Keunggulan internet (Widodo, 2020):

  • Kamu dapat mengakses beragam data di internet kapan saja (24/7);
  • Informasi yang kamu terima cenderung lebih cepat ketimbang media cetak;
  • Jangkauan dan konektivitas internet semakin luas dan mengglobal;

Selain itu, internet juga punya beberapa kelemahan (Widodo, 2020):

  • Anonimitas pengguna menyulitkan proses uji validitas dan pertanggung jawaban informasi
  • Clutter and never ending research;
  • Virus yang dapat meretas komputer atau smartphone;
  • Masalah reliabilitas dan validitas data yang cenderung menyulitkan pembaca memperoleh acuan informasi yang akurat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun