WONOGIRI (08/02/2023) -- Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau nutrisi bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Di daerah rural, biasanya masyarakat tani bergantung pada pupuk bantuan dari pemerintah. Tentunya ketergantungan akan pupuk subsidi dari pemerintah seperti ini tidak terlalu baik karena ketersediaan pupuk subsidi yang tidak dapat dipredikisi. Maka daripada itu, diperlukan sumber pupuk lain yang lebih mudah didapatkan.
Sebenarnya, pupuk dapat diperoleh dari biomassa yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan. Tetapi, biomassa ini secara kimia sangat kompleks sehingga makronutrien dan mikronutrien yang terdapat dalam biomassa tersebut "terperangkap". Untuk mengurai "perangkap" tersebut, dapat dilakukan berbagai metode seperti contohnya fermentasi. Pada proses fermentasi, mikroba akan mengurai makronutrien dan mikronutrien pada biomassa seperti biasa, seng, sulfur, dan lainnya. Proses fermentasi sederhana ini cocok diterapkan untuk produksi pupuk pada kelompok tani karena proses dan bahannya mudah didapatkan.
Pada penyuluhan program pupuk organik di Kelurahan Giritontro pada 25 Januari 2023, biomassa yang digunakan adalah limbah pertanian berupa dedaunan dan kotoran kambing. Hal ini cocok dijadikan sumber biomassa karena Kelurahan Giritontro memiliki banyak usaha pertanian dan peternakan. Pengolahan dengan cara fermentasi menggunakan starter untuk kultur bakteri. Dalam pembuatannya, bahan yang digunakan adalah campuran biomassa (limbah pertanian dan peternakan) sebanyak satu karung. Biomassa tersebut dicampurkan dengan starter berupa EM-4 sebanyak satu tutup botol yang dilarutkan ke dalam satu ember air. Larutan EM-4 perlu diberi nutrisi yang berupa gula untuk metabolisme mikroba. Gula yang diberikan dapat berupa larutan gula pasir ataupun gula melaka. Larutan juga dapat diberi air cucian beras untuk menambah nutrisi mikroba. Kemudian biomassa dapat disimpan dalam wadah tertutup dan dibuka setiap pagi selama sepuluh menit. Tujuan dari penyimpanan dalam wadah tertutup adalah karena mikroba bermetabolisme dalam keadaan anaerobik atau tanpa oksigen. Wadah dibuka setiap pagi untuk memastikan gas karbon dioksida hasil metabolisme tidak memenuhi ruang penyimpanan sehingga dapat menyebabkan ledakan. Proses fermentasi dilakukan minimal dua minggu sebelum akhirnya pupuk dapat digunakan pada tanaman. Tentu pemanfaatan ini dapat mengurangi ketergantungan dengan pupuk subsidi dan lebih ramah lingkungan karena limbah akan digunakan kembali untuk tumbuh kembang tanaman.
Penulis : Fajar Muhammad, Departemen Teknik Kimia
Dosen Pembimbing Lapangan : Dr. Seno Darmanto S.T., M.T.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H