Mohon tunggu...
Fransiska Melania
Fransiska Melania Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Hanya seorang mahasiswa yang gemar merangkai kata-kata :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Cinta untuk Pak Ahok

9 Desember 2016   07:13 Diperbarui: 19 Desember 2016   01:55 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa kabar, Pak? Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah Bapak kelelahan ketika melewati rentetan peristiwa yang terjadi beberapa bulan ini? Saya bisa menebak rasa lelah Bapak, karena kantung mata Bapak terlihat jelas dan raut wajah Bapak yang tersenyum berusaha menyembunyikan rasa lelah. Beberapa bulan ini sepertinya memang sangat melelahkan, mulai dari mempersiapkan segala sesuatu hal untuk Pilkada 2017 hingga kasus yang sekarang sedang mampir dalam kehidupan Bapak. Saya tahu Bapak sedang berjuang mati-matian untuk membangun Jakarta. Saya tahu Pak Ahok adalah pria yang kuat dan hebat, sosok berkharisma yang bisa merenggut perhatian saya.

Pak, kampanye belum selesai, euforia kota Jakarta masih terdengar riuh dan mengamit resah. Apalagi dengan sebuah kejadian yang sekarang sudah menjadikanmu sebagai tersangka. Peristiwa 411 dan 212 yang sangat menghebohkan bagi Negara tercinta kita ini. Pak, apakah Bapak merasa sedih dan kecewa? Jujur saya iya, saya merasa Bapak dipojokkan, saya merasa Bapak dijadikan kambing hitam disini. Tapi yang saya lihat, Bapak tidak sedikit pun melakukan hal yang dituduhkan kepada Bapak.

“Jadi jangan percayasama orang, kan bias saja dalam hati kecil bapak ibu, gak bisa pilih saya, ya — dibohongin pake surat Al Maidah surat 51 macam-macam gitu lho. Itu hak bapak ibu. Ya. Jadi kalo bapak ibu, perasaan, gak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya gak papa”. Itu adalah beberapa penggalan kalimat yang saya dengarkan melalui youtube, Pak. Jika saya boleh bertanya, dimanakah letak penistaan agama nya? Saya saja bingung Pak, apalagi Bapak yang tiba-tiba sudah berganti status menjadi tersangka.

Saya yakin, hal ini dilakukan hanya untuk menjatuhkan Bapak. Jelas, itu bisa terlihat. Namun yang jadi masalahnya adalah, kadang banyak dari mereka yang jelas bisa dianggap sebagai penistaan agama tetapi tidak dibesarkan. Di sini saya melihat tidak dengan negatif, saya melihat secara positif mengapa masalah ini dibesarkan, adalah karena Bapak akan menjadi orang besar bagi Negara ini.

Bapak itu orang yang pintar, Bapak orang yang cerdas, Bapak orang yang sudah membawa dampak baik melalui program-program yang sudah Bapak jalankan. Tapi disini mengapa Bapak dibilang membawa dampak yang tidak baik? Saya heran, apa mereka yang mengatakan hal seperti itu tidak bisa melihat bagaimana keadaan Jakarta sekarang? Apa mereka tidak bisa melihat segala kerja keras Bapak yang selama ini Bapak lakukan untuk Jakarta?

Di salah satu kesempatan wawancara, Bapak mengatakan bahwa apa yang harus dibenahi ya kami-kami semua ini, Pak. Bukan hanya jadi manusia yang pintar secara otak saja, tapi kami juga harus menjadi manusia dengan akhlak dan mental yang berkualitas. Omongan Bapak yang ini benar-benar membuat saya berpikir, mengapa Indonesia harus menolak Bapak untuk menjadi seorang pemimpin? Apa alasan yang benar-benar masuk akal dan bisa diterima selain Agama dan Ras? Apa yang salah jika seorang bermata sipit menjadi seorang pemimpin?

Percayalah Pak, hanya orang-orang yang tidak ingin Indonesia menjadi dewasa yang tetap menyalahkan dan memojokkan Bapak. Saya percaya, apapun upaya yang ingin mejatuhkan, menghancurkan bahkan membinasakan Bapak sekalipun, Tuhan tetap di dalam setiap perkara dan akan menjadikan semuanya sesuai dengan kehendakNya. Manusia memang bisa berbuat semua hal dengan kekuatan dan kepintarannya, tetapi Tuhan lah yang menentukan.

Kami semua tetap akan mendukung Bapak, kami semua tetap berharap Bapak lah yang kelak akan memimpin Negeri tercinta kita ini. Doa saya semoga Bapak selalu memiliki sikap hati yang benar, nikmati saja Pak semua ini dengan sukacita dan penuh pengharapan. Selebihnya, biarlah Tuhan yang bekerja.

Bapak mungkin tidak mengenal saya, kita tidak pernah bertemu Pak dan saya juga bukan warga Jakarta. Tapi saya salah satu wanita yang mengagumi Bapak, mendukung Bapak, dan selalu mendoakan Bapak. Tetap tunjukkan senyum manis Bapak, karena senyum Bapak mampu menenangkan kami semua. #KamiAhok

Semarang, 05 Desember 2016

Fransiska Melania

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun