Mohon tunggu...
Hatta El-Maccoaloe
Hatta El-Maccoaloe Mohon Tunggu... lainnya -

Circumstances made me the theatrical personality I am, which many people believe is also a part of my personal life.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seorang Aktor ataukah Seekor Bunglon?

26 Januari 2015   16:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:21 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422240726845343701

[caption id="attachment_366149" align="aligncenter" width="576" caption="Sumber gambar : http://yabangee.com/2014/10/next-week-voca-people-black-box-istanbul/"][/caption]

Are You a Skilled Social Actor or a Social Chameleon?

Dalam pergaulan, tidak jarang tiap-tiap dari kita memiliki “circle of friends” atau lingkaran pertemanan yang berbeda. Tidak Cuma berbeda, bahkan mungkin sangat bertolak belakang. Paling tidak sekali, atau bahkan lebih kita merasa tidak nyaman atau canggung ketika harus menggabungkan orang-orang dalam lingkaran pertemanan yang berbeda ini menjadi satu meja, satu situasi, dan satu obrolan.

Itu mengapa mungkin, dalam satu momen, ketika kita hanya mengenal “satu sisi” dari seseorang, dan terkaget-kaget ketika kita menemuinya tanpa sengaja dalam kesempatan yang berbeda, ia tampak sebagai pribadi yang lain yang selama ini kita kenal. Apakah dia seorang actor? Atau hanya jelmaan bunglon?

Dalam interaksi social kita mengenal istilah pribadi yang “fleksibel” dan “pribadi bunglon”. Kedua istilah ini maknanya terkesan berdekatan, namun sesungguhnya sangat jauh berbeda. Pemahaman yang tumpang tindih terhadap dua istilah ini sering terjadi dalam proses melekatkan “stigma” tertentu dalam diri seseorang.

Dalam ranah psikologis, Pribadi yang fleksibelditerjemahkan sebagai pribadi yang mampu menempatkan dirinya dalam berbagai situasi. Dimana dalam situasi ini ia mengembangkan kemampuannya dalam membaca isyarat-isyarat social dan merubah perilaku dalam rangka “menyesuaikan diri” untuk situasi social tertentu. Kontrol diri yang tinggi ini bertujuan untuk mengesankan oranglain atau menerima persetujuan social dari oranglain agar dapat diterima tanpa menjadi oranglain dan kehilangan identitas dirinya.

“Pribadi bunglon” lain lagi, sepertihalnya binatang bunglon, mereka akan berubah warna sesuai dengan tempat mereka berada. Jika berada di tanah ia akan berwarna coklat-kehitaman, jika melekat pada dedaunan, ia akan berwarna kehijauan, jika berada di kertas putih, iapun akan berwarna putih. mereka yang memiliki kepribadian bunglon pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan mereka yang berkepribadian fleksibel, yakni; agar dapat diterima dalam lingkaran social tertentu. Perbedaannya terletak pada “kesadaran control”. Dalam artian kemampuan mengontrol dirinya sehingga tidak kehilangan kesadaran atas “realitas dirinya yang sebenarnya”.Pribadi bunglon (sering tanpa disadari) mengkamuflase “realitas dirinya yang apa adanya”, dan merubah sesuai dengan yang disukai oleh kelompok sehingga tidak memiliki kepribadian yang solid atau "fix personality”.Salah satu aspek yang terbesar dan paling menantang dari ‘The Chameleon Effect '’ adalah ' mirroring ' (efek cermin). Merefleksikan dirinya persis dengan apa yang diinginkanlawan komunikasinya. Hal ini bersifat konstan, perubahan tak sadarkan diri di seseorang ' diri ' , karena mereka berjuang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya , atau orang-orang di sekitar mereka . Hal ini , merupakan manifestasi dari ketidakmampuan dasar atau kesulitan dalam membangun rasa stabil diri(Lebih lanjut baca kajian: BPD-Borderline Personality Disorder ).

Banyak orang, pada akhirnya tidak “menjadi diri mereka sendiri” hanya karena takut berbeda, takut tidak diterima, takut terasingkan dan banyak ketakutan-ketakutan yang lain. Sehingga ikut-ikutan menyamakan pendapat, menyeragamkan sikap ketika terjadi pembicaraan spesifik dalam grup. Padahal mungkin saja mereka punya pendapat yang berbeda didalam fikirannya, namun akhirnya mengambil “jalan aman” dengan mengeluarkan argument mentah yang seolah tidak memihak (netral) hingga benar-benar terlihat memihak grup tempat ia berada.

Mereka yang memiliki kepribadian fleksibel dan kepribadian bunglon tersebar dimana-mana. Mereka ada disekitar kita. Bahkan mereka yang dikategorikan mengidap berbagai abnormalitas psikologis juga ikut serta meramaikan gegap gempitaserta euphoria interaksi social.

Mengenali oranglain adalah kebutuhan, sehingga kita tidak terperangkap hanya pada hal-hal yang tampak. Mengenali diri sendiri merupakan kewajiban, sehingga kita tidak terjebak dalam label-label tertentu yang diberikan oleh oranglain kepada kita, atau bahkan yang kita lekatkan pada diri sendiri.

Meminjam istilah Robin Sharma; Memang benar, pada akhirnya istilah “mencari jati diri” mungkin sudah terdengar usang (Baca; Discover Your Destiny-Robin Sharma). “Kembali kepada diri kita yang sejati.” "Diri kita yang murni, penuh keberanian, dan diberkahi potensi tanpa batas." Pencarian jati diri yang selama ini banyak orang dengungkan, yang tampaknya sangat sulit dan membutuhkan perjalanan yang sangat jauh, bisa jadi selama ini ia hanya sedang duduk rapih, bersemayam dalam damai, di dalam diri kita sendiri, menunggu untuk ditemukan..

“The most important kind of freedom is to be what you really are. You trade in your reality for a role. You trade in your sense for an act. You give up your ability to feel, and in exchange, put on a mask. There can't be any large-scale revolution until there's a personal revolution, on an individual level. It's got to happen inside first.” Jim Morrison.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun