Dayat, mungkin kau tak mengerti makna eksploitasi.
Kau juga mungkin tak ingin peduli.
Pancaran sinar kedua bola matamu itulah sebagai bukti.
Karena yang penting bagimu adalah menuntut ilmu demi mengangkat derajat hidup ini.
Dayat, mungkin kau tak paham tentang harga diri.
Karena yang lahir dalam dirimu adalah naluri.
Bagaimana bertahan dalam kerasnya hidup ini.
Di tengah realita kehidupan di mana harga diri tak lagi berarti.
Dayat, mungkin kau tak pernah menyadari.
Kegigihanmu dalam mengais rezeki sungguh menjadi motivasi.
Bagaimana kau melawan perih mata untuk keluar di pagi hari.
Dan mendobrak letih untuk kembali pulang menjelang tenggelamnya mentari.
Dayat, kau sungguh mengispirasi.
Dengan kegigihan serta ketulusan hati yang kau miliki.
Kau sadarkanku akan besarnya makna sebuah arti.
Arti hidup dari apa yang kau perjuangkan selama ini.
Dayat kini ku berujar; please forgive me.
Ingatkan aku jika keluar dari konsistensi!
Somasi aku jika mengingkari jalan suci yang telah kita sepakati.
Sadarkanku jika lupa diri karena tergoda oleh gemerlapnya materi.
Yang bagimu itu hanyalah ujian yang datang dari Illahi Robbi.
(Fly, 13 Maret 2012)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H