Mohon tunggu...
Flutterdust
Flutterdust Mohon Tunggu... Mahasiswa - Muhammad Fa'iq Rusydi - Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Kecil Bergerak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terik di Bawah Bendera Matahari

21 April 2023   17:43 Diperbarui: 22 April 2023   01:17 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mas Slamet..” suara seorang perempuan yang seumuran istrinya memanggil. Iya, Hapsari, baru saja sampai. Slamet menaruh cangkul dan bergegas menghampiri Hapsari. “Ini dari Hartini, tadi dititipin ke Saya,” katanya. “Wah, terimakasih ya, Sari,” jawab Slamet sambil memicingkan mata ke arah petugas yang membawa pentungan. Hapsari yang paham dengan maksudnya, segera pamit dan meninggalkan tempat.

***

Suara tanah yang diseok-seok berhenti. Hartina yang mendengar suara itu pun penasaran. Ia ragu ingin keluar untuk melihatnya atau tidak. Tetapi sekali lagi, pesan Hapsari diingatnya. Hartina kemudian sekali lagi memohon ampun kepada Tuhan dan berdoa agar dihindarkan dari bala. Setelahnya, Ia mengintip dari lubang dinding yang berongga. Ia terkaget dan berbalik badan. Sekali lagi memohon ampun, berdoa dan mengintip kembali.

Ia dapati seorang pemuda putih berpawakan tegap dengan pentungan, ditemani dua pemuda sawo matang lainya. Dua pemuda itu menyeret satu pemuda sawo matang lagi yang kakinya dibalut robekan kain bersimbah darah. Hartina memantapkan intipanya, memastikan siapa pemuda yang sedang diseret itu. Ia tak dapat melihatnya dengan jelas, hanya tanda-tanda wajah yang tak sama dengan Slamet yang Ia dapati. Hartinah menghela nafas, segera ke kamar dan memilih untuk berbaring menunggu kepastian. Hingga sore akhirnya tiba, mendengar suara ketukan, Ia terbangun dari tidurnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun