Dua tahun silam bersamaan dengan CFDÂ (Car Free Day), digelar pentas drama kolosal yang diinisiasi oleh komunitas Songgolangit Art Space dan Perpus Jalanan Kanal bertajuk "Menyongsong Hari Pahlawan." Pentas tersebut diadakan dua hari sebelum Hari Pahlawan, tepatnya pada hari Minggu (08/11/2020) di Alun-Alun Lamongan, Jawa Timur.
Pukul enam, persis setelah matahari menampar pipi, acara dimulai. Suara tembak dan meriam sahut-menyahut di sisi selatan Alun-alun Lamongan. Masyarakat dan pengunjung yang semula hilir-mudik, lamat-lamat semakin berkumpul dan berdatangan menjelma menjadi penonton. Mulai dari orang tua dan anaknya, muda-mudi dan dewasa, hingga remaja dan pacarnya. Â
Ketua Pelaksana, Fatah Anshori ketika diwawancara di lokasi menjelaskan alasan mengapa pentas diadakan di Alun-alun Lamongan, "Kebetulan tempat keramaian yang  cocok dilaksanakan adalah alun-alun seperti ini. Karena kita tidak perlu untuk mendatangkan audiens, jadi orang-orang yang melaksanakan car free day, dia adalah penonton sekaligus apresiator bagi kita." Hal ini juga menjadi alasan mengapa pentas diadakan lebih awal.
Pentas berjalan sampai pukul tujuh pagi, membawa cerita pertempuran yang terjadi dari tanggal 27 Oktober sampai 20 November 1945 di Surabaya. Tanggal 10 November 1945 merupakan momen puncaknya, sehingga diperingati sebagai Hari Pahlawan di Indonesia. Sebagaimana peristiwa yang terjadi, adegan merobek warna biru pada bendera Belanda hingga adegan orator Bung Tomo yang membakar semangat rakyat, ditampilkan dengan sangat antusias.
Demikian dengan melibatkan 150 orang sukarela, secara kolektif dan tanpa sponsor, drama kolosal untuk peringati Hari Pahlawan ini berlangsung meriah. "Kita voluunter, voluunter dari pemuda-pemuda asli Lamongan. Jadi kita, kalau panitia itu cuman ada 50 orang, jadi kalau kita voluunter semua ada 150 orang yang terlibat dalam sebuah acara ini. Jadi voluunter itu dibuka dari aktor, tim artistik dan kemudian tim dokumentasi, seperti itu," terang Fatah.
Satu dari sekian penonton, Anit (19), sewaktu diwawancara di lokasi usai acara, ternyata mengapresiasi acara tersebut "Keren banget sih mas, mulai dari propertinya,  mulai dari pemainya-pemainya juga keren." Satu yang lain, Yusuf Fanany (18), mengungkapkan kesan yang didapat "Kesan e sangat mengharukan, menegangkan, seakan-akan kita ikut dalam Pertempuran 10 November, meskipun tadi hanya drama kolosal saja, tidak bisa membayangkan keadaan pada saat Pertempuran 10 November yang asli."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H