Mohon tunggu...
Flutterdust
Flutterdust Mohon Tunggu... Mahasiswa - Muhammad Fa'iq Rusydi - Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Kecil Bergerak

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel Biografi "Hamka" Karya Haidar Musyafa

16 November 2021   07:59 Diperbarui: 16 November 2021   08:46 4681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Buya Hamka dan Perjalananya dari Maninjau

Judul : HAMKA, Sebuah Novel Biografi

Penulis : Haidar Musyafa

Penerbit : Imania

Cetakan : Pertama, Oktober 2016

Tebal : 463 Halaman

ISBN : 978-602-7926-28-8

Malik (panggilan untuk Hamka kecil) adalah seorang anak dari kampung seberang Danau Maninjau, lahir tanggal 17 Februari 1908 dari pasangan Abdul Karim bin Amrullah (Haji Rasul) dengan Siti Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria. Ayahnya merupakan salah satu perintis sekaligus pemrakasa Sumatera Thawalib, tempat sekolah keagamaan yang pernah ada pada masa pra-kemerdekaan.

Malik pada tahun 1915 menginjak umur ke 7, adalah seorang anak yang dibilang bandel. Ia tidak terlalu senang dan rajin masuk sekolah desa, pun di ­Diniyah School ­dan Sumatera Thawalib setingkat MTs yang dikepalai seorang ayah yang terkenal sangar. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman dan membaca di perpustakaan milik Syaikh Zainuddin Labay El-Yunussy.

Sewaktu menginjak remaja, pergulatan pikiran serta tantangan dari dalam dan dari luar tidak membuat Ia menyerah. Ia semakin gigih. Pada perkembangan berikutnya, Ia pun mengembara ke Pulau Jawa, tepatnya ke Jogja. Dimana tempat berperadaban maju yang Ia ketahui dari surat kabar temuanya di perpustakaan Syaikh Zainuddin Labay El-Yunussy.

Sempat tidak didapat restu dan doa dari kedua orang tua, sehingga dalam perjalanan pertamanya Ia amat kesusahan, hingga kemudian memutuskan kembali ke rumah. Pada perjalanan yang kedua kalinya, restu dan doa dari kedua orang tua sudah dikantongi, maka mengembara dan berproseslah seorang Malik. Berlabuh dari Sarekat Islam dibawah H.O.S Tjokroaminoto hingga Muhammadiyah diasuhan Haji Agus Salim.

Selanjutnya, tahun 1927 Ia melawat ke Makkah dan menetap di sana. Lalu melawat ke Tanah Bugis sekitar 1931-1934 dan menemui ayahandanya, “Insyaallah, Aku akan mengabdikan seluruh hidupku untuk berjuang di jalan-Nya, Ayahanda,” ucap Malik. Kelak pada perkembangan berikutnya, Ia mendapat gelar “Buya”, serta lebih dikenal khalayak luas dengan karya masterpiece-nya yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk.”

Demikian—Buku biografi dengan karakteristik novel, adalah cara yang paling mudah untuk menceritakan sejarah kepada pembaca tanpa membuatnya jenuh. Bahasa yang mudah dipahami dan alur cerita yang tidak rumit dapat ditemui dalam buku ini. Peristiwa, objek, ruang dan waktu sebagai syarat sah penyebutan sejarah yang benar-benar terjadi, terdapat juga di dalamnya.

Kelemahan yang mudah dijumpai adalah dalam penceritaan yang berlebihan dengan hiperbola, seperti apa kata pengantar yang disampaikan penulis “ ... perlu dicatat bahwa buku ini bukan merupakan hasil riset sejarah murni. Artinya, buku ini Saya tulis dengan menggunakan bahasa yang populer dan disajikan dalam bentuk novel-yang memang memiliki ruang imajinasi yang sangat luas ...”

Namun saja, tetap, buku ini sangat baik untuk pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak cerita seorang Buya HAMKA. Membosankan dan jenuh tidak menjadi momok yang begitu agung, toh, halamanya terlampau terbilang banyak. Pembaca hanya cukup mengorbankan sejenak waktu untuk membaca tanpa menguras pikiran yang begitu berarti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun