Analyzing humor is like dissecting a frog. Few people are interested and the frog dies of it. ~ E. B. White
Mungkin anda akan teringat hal jadul tentang YouTube dan polemik PewDiePie, yang membuat video tentang Fiverr yang akan melakukan apapun selama dibayar. Dia mengetes apakah orang akan benar-benar menulis "Death to all Jews" untuk 5 USD ? Sad news is, they did.
WSJ (can't spell WSJ without SJW) sebagai sebuah media (ekonomi, but why did they covered Pewds ?) cuma mengutip hal itu tanpa melihat konteks lengkap apa yang Felix sampaikan. And boy oh boy, everyone lose their shit. Felix pun terkena imbasnya, media hanya menggunakan potongan dari videonya dan menjatuhkan verdict. PewDiePie dealnya diputus Disney dan series premiumnya dibatalkan sepihak oleh YouTube.
Sampai Ethan dari h3h3productions, membuat respon video.
Ethan, seorang penganut agama Yahudi dan istrinya Hila, orang asli Israel pun bahkan tidak paham, kenapa orang hanya mengambil konteks per potong, apapun yang convenient untuk agenda mereka dan semudah itu mengacungkan jari menjustifikasi seseorang ?Â
People are getting offended for people who are not offended. Do people care not for context anymore ? Dan bahkan sebagai penutup di akhir video, Ethan membuat mock news, A popular YouTuber and a local Jewish man, Ethan Klein from h3h3productions is anti-Semitic, he said "Kill the Jews". Sebuah coup de grace of sarcasm darinya.
Dan Indonesia, bagaimanakah denganmu ? Bisakah kita sebagai warga Indonesia tidak benar-benar buta dalam bermedia dan lebih bijak dalam menyikapi content ? Cobalah kita melihat context secara keseluruhan sebelum ngajak ribut antar sesama. Supaya smear campaign tidak mudah terjadi lagi, seperti apa yang menimpa Pak Ahok, yang sebenarnya menyedihkan dan melanggar HAM, dan memuluskan jalan bagi salah satu pemilu paling kotor di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H