Mohon tunggu...
Floury Handayani
Floury Handayani Mohon Tunggu... wirausahawan -

penjual gado-gado, pembelajar, suka membaca, sedang belajar menulis, suka masak, senang makan enak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Open House, Open Mind, Sekolah Alam Tangerang

27 November 2017   20:26 Diperbarui: 27 November 2017   21:22 3667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah Alam Tangerang, yang berlokasi di Gang Kemandoran, Kota Tangerang, pada Sabtu-Minggu lalu, 25-26 November 2017 mengadakan open house bagi masyarakat. Acara ini merupakan kegiatan tahunan, biasanya diselenggarakan bersamaan dengan pembukaan pendaftaran siswa baru, baik untuk level playgroup dan TK, SD, maupun SMP. Yang menarik adalah, open house kali ini diadakan bebarengan dengan acara puncak pekan literasi Sekolah Alam Tangerang, yang kegiatannya kekinian lah..

Nobar Film Surau dan Silek

Kids zaman now, kayaknya lebih suka menonton  daripada membaca ya? Apalagi dengan perkembangan teknologi seperti youtube dan vlog, yang memanjakan mata dengan visualisasi keren. Jadi, acara nobar menurut saya pas, tanpa perlu diperdebatkan mana yang lebih baik, menonton atau membaca. Karena yang lebih penting adalah pesan yang disampaikan. Film yang disuguhkan berjudul Surau dan Silek, produksi tahun 2017 yang mengajak pemirsa untuk kembali menggali kearifan lokal Indonesia. 

Film yang merupakan tesis S2 Arief Malinmudo  di Institut Seni Indonesia ini bercerita tentang budaya Minangkabau yang kini meredup. Yaitu kehidupan para pemuda Minang untuk belajar agama, budaya, dan silat di surau. Pada jaman penjajahan dulu, pola pendidikan ini telah melahirkan pejuang intelektual Indonesia seperti Moh. Hatta, M. Natsir, H. Agus Salim, Hamka, dan banyak lagi. 

Karakter fisik, intelektual, dan spiritual pemuda yang kuat, dengan shalat, shalawat, dan silat yang seiring sejalan. Itulah pesan yang ingin disampaikan,  silat untuk mencari kawan dan mencari Tuhan, bukan mencari lawan. Namun sistem pendidikan ini sekarang sudah jarang ada sehingga berkurang pula intelektual yang lahir dari surau.

Adegan dalam film Surau dan Silek (dokpri)
Adegan dalam film Surau dan Silek (dokpri)
Kearifan lokal masyarakat Minang inilah yang coba dibangun kembali di Sekolah Alam Tangerang dengan mengadopsinya dalam pendidikan setara SMP yang dinamai Surau Merantau (SM). SM mencoba mendidik siswa akil baligh (lulusan SD) antara lain dengan tinggal terpisah dari orangtua dengan melakukan semua pekerjaan kerumahtanggaan sendiri, belajar memperoleh nafkah, dan belajar ke beberapa guru dengan merantau dengan tujuan terbentuknya kemandirian. Jadi film Surau dan Silek ini bisa menggambarkan sistem pendidikan SM di Sekolah Alam Tangerang.

Seminar atau diskusi bertajuk Open Mind Sekolah Alam Tangerang 

Acara ini menghadirkan Lendo Novo, pendiri sekolah alam pertama di Indonesia. Tujuannya adalah membuka pandangan para orang tua atau calon wali murid Sekolah alam Tangerang mengenai konsep pendidikan yang akan dilalui oleh anak-anak, terutama untuk TK dan SD. Yaitu bahwa sekolah terbaik adalah sekolah yang membuat anak-anak bahagia. 

Diputarlah film tentang pendidikan di Finlandia, yang merupakan sistem pendidikan terbaik dunia. Tak ada PR, lebih banyak bermain untuk eksplorasi dan menstimulasi hormon endorfin. Dengan berbahagia, simpul-simpul syaraf otak terbuka dan siap untuk menerima ilmu pengetahuan. Open mind ini dimaksudkan agar para ortu nantinya tidak kaget jika anak-anaknya di sekolah lebih banyak bermain dan mungkin tertinggal dari sisi mata pelajaran dibandingkan SD biasa. 

Tapi tak perlu kuatir, karena sekolah memberikan pijakan mengenai konsep dasar pelajaran yang perlu dikuasai siswa. Sebagai salah satu orang tua dengan dua anak kelas 5 dan 2 SD di sekolah ini, kelebihan Sekolah Alam Tangerang adalah jarang ada PR (kalau ada PR lebih banyak work with parents dengan  praktek membuat/melakukan sesuatu bersama ortu), anak terbiasa membuat tulisan/karangan (karena terbiasa dengan soal esai, bukan multiple choice), dan tidak takut kotor ataupun binatang (karena biasa eksplorasi di alam dengan bertanam, kemping, dan bank sampah). Jadi jangan buru-buru kuatir dengan perkembangan kognisi anak ketika sekolah di sini..intinya itu. Dan bahwa peran orangtua lebih banyak dalam mendidik anak, karena sekolah adalah mitra rumah.

Pentas seni dan pameran karya siswa Sekolah Alam Tangerang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun