Ulos merupakan sebuah peninggalan sejarah peradaban suku batak di indonesia yang sering diartikan sebagai sebuah kain  bernama ulos yang dijadikan sebagai ikon daripada provinsi sumatera utara. Ketika mengulas sedikit latar belakang ulos, ternyata ulos dahulu kala dijadikan sebagai penghangat badan (pakaian) yang merupakan kebutuhan utama masyarakat batak dahulu. Seiring berjalannya waktu kain ulos juga mengalami transforasi dimana ulos tidak hanya dijadikan sebagai pakaian untuk menutupi badan saja, melainkan sudah banyak timbul kreasi baru, seperti: ulos dijadikan sebagai ikat kepala, ulos dijadikan sebagai taplak meja, ulos dijadikan sebagai baju, celana dan rok dengan berbagai motif tertentu. Tentu kain ulos sendiri memiliki jenis-jenis tersendiri, seperti: ulos ragi idup, ulos ragi hotang, ulos sibolang, ulos sadum dan ulos bintang maratur. Ulos ini sesuai jenisnya juga memiliki peran yang berbeda dalam adat istiadat batak, baik dalam adat kematian, pernikahan dan adat lainnya.
Jika berpikir dan melihat sejenak dimasa kini, ulos dan batik merupakan sebuah budaya indonesia tetapi seringkali jika dilihat dari  trend budaya saat ini, batik sudah melampaui segala budaya khususnya pakaian di idnonesia. Tidak asing lagi jika batik sudah menjadi salah satu warisan budaya dunia yang sudah tercatat di UNESCO. Tetapi jika dibandingkan dengan ulos, bisa dikatakan ulos sudah tertinggal jauh levelnya akan popularitasnya di negeri ini, sebenarnya apa penyebab kurangnya popularitas ulos di negeri ini? karena realita yang bisa ditemui di lapangan rata-rata masyarakat penenun ulos sudah semakin berkurang hari ke hari karena dirasa bukan suatu pekerjaan yang menguntungkan lagi dan juga dari semua jenis ulos batak tersebut, tidak sepenuhnya lagi diproduksi. Menurut salah seorang penenun ulos Maroker Siregar (63) beliau mengatakan "Kebanyakan ulos raja, ulos ragi botik, ulos gobar dan ulos saput (yang sering digunakan untuk membungkus jenazah orang batak)  tidak diproduksi lagi sejak sekitar tahun 2000-an".
Jika dilihat dari kemajuan teknologi saat ini, beberapa hal yang menyebabkan popularitas ulos semakin hari semakin menurun ialah adanya perusahaan yang sudah memproduksi ulos menggunakan kain songket serta harga hasil buatan perusahaan jauh lebih murah dari harga yang dibuat oleh penenun asli (manual) ulos batak. Berikutnya disebabkan karena adanya keberagaman aliran agama di sumatera utara, dimana sebagian aliran agama tersebut tidak diperbolehkan mengenakan  ulos menurut aturan kepercayaannya. Dan yang paling mirisnya kebanyakan anak-anak muda suku batak saat ini sudah sangat jarang ditemukan ada yang mengenakan kain ulos sebagai pakaian diacara natal, pernikahan, kematian dan acara lainnya. Kecintaan akan kultur daerahnya sudah sangat berkurang kebanyakan anak muda lebih memilih untuk memproduksi pakaian bernuansa batik dan pakaian yang berasal dari luar daerah dan luar negeri.Â
Kecintaan akan budaya khususnya dari segi ulos batak yang bisa disulap menjadi apa saja sudah tidak begitu familiar lagi. Bukan bermaksud menyalahkan anak muda tetapi itulah realita yang terjadi saat ini. Sehingga perlu adanya peran Pemerintah Daerah Sumatera Utara dalam menangani situasi saat ini, karena jika dibiarkan dan tidak ada pencegahan maka budaya batak ini 10-20 tahun kedepan kemungkinan akan semakin memudar dan dianggap ketinggalan zaman.Â
Bangga bisa berbagai data dan fakta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H