Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiwul...

11 April 2014   19:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bentuk tubuhku menarik,
Hitam, kuning dan kasar berparut,
Makanan terolah dengan baik,
Menikmatinya sambil manggut-manggut.

Aku hanyalah tiwul,
Diolah dari ubi nan kering,
Ditanam berkat cangkul dan dengkul,
Sebagai penghilang bibir kering.

Bentukku berdaya tarik,
Kampanye kemarin sering dilirik,
Bagi mereka yang ingin meraup suara,
Agar bisa duduk di kursi singgasana.

Kampanye berebut simpati massa,
Makan tiwul untuk satu sasaran utama,
Mengepulkan suara dari rakyat jelata,
Ataupun agar dianggap sederajat sama!

Tiwul....nasibmu berbau politis,
Bagi mereka yang suka jumawa,
Walau  terpampang tak'lah etis,
Mengumbar derita menggambar lara.

Merasakan nikmatmu berbalut pamrih,
Bagi mereka yang ingin mendapat simpati,
Merengkuh kuasa di alam mimpi,
Dengan cara berbasa-basi!

Begitu mereka duduk di kursi,
Ada yang lupa berdiri,
Entah karena tidur mendengkur,
Ataupun karena sedang "bertafakur".

Tiwul...tiwul...tiwul...tiwul.
Citarasamu terombang-ambing,
Oleh mereka yang hidup genting,
Memikirkan kuasa bak tiwul di piring!
---------------------------------------------------------
Menikmati tiwul di kota Gudeg....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun