Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tikus yang Semakin Gemuk

17 November 2011   21:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:32 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sekitar Tempat Sampah Sahabat, kurang lebih lima bok dari rumah saya, ada tempat sampah. Tempat sampah itu nomaden, terbuat dari bak besi seukuran truk. Jika bak sampah tersebut sudah penuh, biasanya akan datang truk yang mengangkutnuaya. Pengankutan itu sekitar  empat atau lima hari sekali. [caption id="attachment_144225" align="alignleft" width="300" caption="bak sampah (gbr. google)"][/caption] Banyak barang yang dibuang di tempat sampah itu. Mulai dari sisa makanan dapur,  kaleng bekas hingga celana dalam pun dibuang di tempat sampah. Mulai dari sapu rusak, hingga piring pecah juga dibuang di tempat sampah itu. Tak jarang saya juga menjumpai beberapa pemulung yang sengaja mengais isi sampah. Terutama mereka mengais kaleng bekas, kardus bekas ataupun kertas-kertas bekas. Dan barang-barang bekas yang terbuat dari plastik. Selain orang-orang yang memulung sampah, saya juga sering menjumpai beberapa ekor tikus dan kucing dalam waktu yang hampir bersamaan. Hanya kadang, karena kucingnya lebih gede, besar, maka biasanya tikus-tikus itu menyingkir untuk sementara waktu. Fenomena Tikus Gemuk Selain yang telah saya ceritakan, telah saya singgung;  akhir-akhir ini saya sering melihat beberpa tikus yang agak gemuk. Tingkat kegemukan mereka berbeda-beda. Ada yang gemuk kaki depannya, mungkin karena terlalu sering mengais yang bukan miliknya. Ada yang mulai gemuk perutnya, mungkin terlalu banyak makan barang, atau makanan yang bukan miliknya; bahkan ada juga tikus jantan yang gemuk alat kelaminnya. Untuk hal yang terakhir ini saya agak curiga, jangan-jangan ia punya hoby ngawini tikus yang bukan pasangannya (namanya saja tikus, mana kenal aturan kawin mengawin. Kapan ia senang ya kangkang..... Selesai). [caption id="attachment_144226" align="alignleft" width="300" caption="gemuk ...(gbr. google)"][/caption] Kenyataan tersebut bisa dimengerti, karena para tikus tersebut sering bergerombol. Kongkow-kongkow. Entah hanya sekedar membagi secuil roti ataupun mengerat kardus bekas yang teroleskan mentega.  Gerombolan tikus itu juga mau berbagi, walau tingkat pembagiannya berlaku hukum, "congor gedhe, mangan gedhe". Artinya, yang bermulut besar juga harus mendapat posrsi makan yang besar. Jika mereka (para tikus) sudah bergerombol, maka kucing hitam pekat yang sering kulihat, malah memilih menyingkir. Ia takut terkiprit-kiprit. Mungkin karena jaman sudah berubah. Dulu, dimana ada kucing pastilah tikus lari; tapi kini terbalik, dimana ada tikus (apalagi bergerombol), kucingpun lari. Memberangus Tikus Gemuk Ada sampah, ada pesta. Mungkin itulah kata-kata yang cocok untuk ilmu pesta pertikusan.  Sampah menggunung adalah "modal" tikus untuk berpesta. Beberapa petugas kebersihan sebenarnya secara rutin telah mengangkat  sampah itu setiap minggunya. Namun tetap saja tikus-tikus itu bercokol di sana.  Pernah juga seorang ketua RT menaruh kucing Anggora gemuk - besar di bak sampah tersebut, rupanya kucing itu  malah lari.  Si kucing pungkin nggak pede menghadapi tikus-tikus sampah yang busuk jorok dan jarang mandi. Ada juga kucing lokal, yang diletakkan di bak sampah itu, namun ia juga kalah wibawa dengan tikus-tikus itu. Bahkan suatu ketika tikus betina yang gemuk mengejeknya, "Cing, mau sepotong ikan asin? Ne...ambil di kemaluanku". Seru tikus betina.  Si kucing pun keki dibuatnya, karena kemaluan tikus itu bagai (pinjam istilah kompasianawati JJ) Jamur Merang, janda muda subur seger merangsang. Maka menurut saya, cara yang sederhana namun jitu untuk memberangus tikus-tikus gemuk, ya...bersihkanlah sampah.  Jangan suka menumpuk sampah. Apalagi buang sampah  sembarangan. Karena biasanya tikus suka barang tak terawat, tempat kotor, jorok bau. [caption id="attachment_144227" align="alignleft" width="300" caption="kucing yang berwibawa ... (gbr.google)"][/caption] Perlu pengusir tikus, entah racun tikus, asap belerang. Perangkap tikus yang kokoh, dan penjerat tikus yang sahih juga dibutuhkan. Atau, andaikan butuh kucing pengusir tikus, ya...carilah kucing yang sungguh-sungguh berwibawa, nggak letoy. Mencari kucing yang siap berkorban bersih-bersih, usir mengusir binatang pengerat itu. Lebih penting dari hal-hal tersebut, adalah kemauan yang tulus, dan kehendak yang baik untuk membasmi tikus. Sekalipun telah menghadirkan kucing yang garang, tetapi bila kegarangannya cuma sekedar hangat-hangat tahi ayam ya...hasilnya sama saja. Tikus tak habis, tidak mati. Bahkan bisa jadi malah ayam dimakan tikus, tambah gemuk lagi....walah-walah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun