"Marilah kita menyuarakan yang lebih bermutu" (Publius Vergilius Maro, penyair Romawi, 70 Seb. Mas)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lelaki dan Menstruasi
Kuthaku, panggonan parkir, ing salah sawijining kantor bank pemerintah. Selasa, 25 Juli 2012, jam 7.25 esuk.
(Di kotaku, tempat parkir di salah satu bank pemerintah, Selasa, 25 Juli 2012, jam 7.25 pagi).
Greng..., mesin ndak pateni. Aku markirke "jaran wesi" tungganganku. Saka kadohan ndak sawang ana bapak, umur 50-an tahun. Bapak iku mau lagi klepas...pus...klepas...pus, ngrokok sinambi ngopi.
(Kumatikan mesin sepeda motor, "kuda besi" tungganganku. Dari jauh kulihat seorang bapak. Ia sedang merokok [kelihatan nikmat], sambil minum kopi).
"Lah, mboten siam to Pak?" pitakonku.
("Tidak puasa Pak?" tanyaku).
"Wah mboten pak Prima. Kula nembe 'menstruasi - datang bulan'. Mila kula mboten pasa...."
("Tidak puasa pak Prima, saya sedang 'menstruasi - datang bulan', maka saya tidak puasa").
Jeger....! Sirahku mak prepet krungu bapak iku ngendika "menstruasi"
(Terkejut, agak cenat-cenut kepalaku mendengar bapak itu mengatakan bahwa dia sedang "menstruasi").
Duh, manungsa - manungsa. Nek ora pasa - ya ora pasa, iku tanggung jawab pribadi. Ning mbok ora sah diketok-ketokke, malah nganggo alasan sing ora klebu nalar, sanadyan mung guyon. Coba bayangke, ngendi ana wong lanang "menstruasi"? Menstruasi iku babakaning urip wanita.
(Oh, manusia. Tidak puasa...ya tidak puasa, itu tanggung jawab pribadi. Namun, kalaupun tidak puasa, tak usah dipamerkan. Sudah tidak puasa, eh... malah menggunakan alasan yang tidak masuk akal, sekalipun bercanda. Adakah lelaki yang menstruasi? Kasihan si 'Mens'.
Menguji hidup agar lebih tulus
Dimanapun manusia dapat membuat seribu satu alasan. Manusia dapat membuat alasan untuk membenarkan diri, membenarkan dengan tipa-tipu atas kekeliruan yang telah dibuatnya. Antara pembenaran diri dan sungguh-sungguh benar, kadang amat tipis bedanya. Antara pembenaran diri dan sungguh-sungguh benar, disitulah kelurusan hidup manusia diuji bak emas yang tersepuh dalam api. Apakah susah dan sulit "penyepuhan" itu ? Saya pikir tidak.
Penyepuhan itu (memurifikasi dalam masa puasa), tidaklah sulit, karena ssemua tergantung dari ketulusan hidup. Niat yang tulus biasanya juga akan diberi kemudahan dalam menjalankannya. Andaikan agak sulit dalam menjalankannya, biasanya hal itu karena masih ada "hal lain" yang perlu dibereskan; misalnya korelasi dengan sesama yang hanya sekedar basa-basi, susah memaafkan orang lain....dst.