Selasa, 2 November 2011, jam 5 .02 pagi.
"Hai...kalian mau kemana? Kok pagi-pagi sudah berarak-arak, mengilir pergi?"
Tanyaku, ketika kulihat beberapa ekor semut hitam berjalan beriring melewati depan rumahku.
"Ow...mas Flo. Selamat pagi. Kami mau studi banding ne... Studi banding ke rumah semut merah, semut api. Maksudnya, kami mau belajar, mau studi pada semut merah. Studi - belajar pada semut merah, supaya tahu cara memerahkan badan kami yang hitam ini..."
Daku cuma bisa tersenyum mendengar jawaban mereka. Lalu, sekilas kuteringat seorang biduan yang pernah menyanyikan lagu, kira-kira syairnya begini: "...biarlah yang hitam menjadi hitam, jangan harapkan jadi putih. Biarlah rembulan di atas sana, jangan harapkan turun ke bumi..."
----------------------------------------------------
Ketika alam "bersabda" dengan bahasanya, manusia bisa jadi cuma ternganga....berair mata.
Ketika bumi memanggil manusia untuk ditanamnya, manusia perlu menerima. Itulah kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H