Sekedar mendengarkan
"Mas, doakan aku ya....supaya aku segera menemukan (jodoh) pria idamanku."
Begitulah sepenggal kalimat yang terlontar dari perempuan cantik semampai, 170 cm itu. Panggil saja Tin. Tin, sahabatku, sama-sama bersekolah di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Ketika lulus, ia langsung mengajar di pulau Sumatra, lima tahun kemudian ia diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Setahun setelah diangkat menjadi PNS, ia melanjutkan kuliah. Pas delapan semester ia selesaikan kuliahnya. Dan beberapa bulan lalu ia selesaikan Master of Education-nya.
Hingga kini, usianya sudah "kepala empat", belum juga ia menemukan pria idaman hatinya.
Setelah berbincang dengannya dalam banyak hal: tentang cara dia memikirkan hidup ini, cara dia menghadapi lawan jenis (lelaki), pun cara dia menghadapi kerja;Â akhirnya saya memunyai beberapa pengamatan - kesimpulan yang sederhana, mengapa Tin belum juga menemukan lelaki idaman.
Pertama
Ketika seorang wanita merasa diri 'super', merasa diri 'sangat terdidik' dan memandang lawan jenisnya (laki-laki) tidak setara dengannya, maka "rasa diri" yang mengarah pada keangkuhan itulah menjadi penyebab - salah satu penghambat -Â seorang lelaki tidak mau mendekati perempuan. Bahasa simple-nya, siapa sih yang mau dekat dengan wanita angkuh nan sombong?
Kesombongan adalah "penyakit sosial" yang mampu menjauhkan satu manusia dengan manusia lainnya. Sebagai manusia, entah laki - laki atau perempuan, sangatlah bijak kalau mau bersikap lembah manah - rendah hati ketika berhadapan dengan siapapun.
Kedua
Sangat baik, jika manusia itu mau berinteraksi dengan yang lain. Interaksi itu bisa dalam bentuk kongko-kongko, kumpul-kumpul; berorganisasi. Teramat kusayangkan (entah karena terlalu sibuk) kalau ada orang (wanita ataupun laki-laki) yang tak ada waktu untuk menyempatkan diri berkumpul dengan yang lain. Berkumpul - berorganisasi yang positif pastilah juga akan mendapatkan dampak yang positif. Dalam hal ini, orang juga dituntut untuk pandai membawa diri dan mengatur waktu.
Mengatur waktu, kapan untuk diri sendiri, kapan waktu untuk orang lain. Kapan 'memajukan' orang lain, kapan waktu untuk menambah daya tarik diri yang positif.