Sore, jam 16.20; saya dan Prima putriku semata wayang jalan-jalan. "Cuci mata" - refreshing setelah seharian harus mencelikkan mata dengan buku, tulisan dan lain sebagainya.
Tiba-tiba kulihat sebatang paku, sepanjang tiga inchi, paku itu sudah berkarat, mendongak di persimpangan jalan. Aku berhenti. Kupungut paku itu.
"Apa itu Pa?" tanya Prima.
"Ini namanya paku, sayang"
"Apa itu paku, lalu kenapa papa ambil ?"
"Paku, itu benda keras yang terbuat dari besi, ujungnya runcing, dan ujung sebelahnya 'bertopi', gunanya untuk memaku papan atau kayu...," jawabku seraya menjelaskan padanya sebisaku.
"Kok papa ambil, kan kotor, jorok....hi..." wajah Prima nyengir kuda.
"Ya paku ini diambil supaya tidak kena kaki orang yang lewat di sini. Atau paku ini papa ambil supaya tidak kena ban mobil, ban sepeda motor. Kalau paku ini kena kaki, pasti sakit. Kalau paku ini kena ban kendaraan pasti bannya kempes...."
"O...." kata Prima.
Kami melanjutkan perjalanan. Paku yang telah saya pungut itu kubuang di tempat sampah.
Sebagai seorang ayah, saya cuma bisa menanamkan sikap baik, berbuat baik sejak dini pada putriku semata wayang ini. Bahwa berbuat baik itu sebenarnya mudah, jika mau. Entah dia mengerti atau tidak, yang pasti saya telah berkemauan baik untuk menanamkan dalam hatinya. Saya mencoba memberi contoh pada Prima dalam hal yang paling sederhana, memungut paku di jalan.