Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mas Yanto Penjahit Sepatu

10 Juli 2012   06:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beliau bernama Suyanto. Berasal dari Wonogiri - besar di Solo, Jawa Tengah. Pekerjaan saat ini sebagai reparator - tukang memerbaiki - sepatu dan sandal, kadang ia juga memerbaiki payung yang rusak. Orang yang biasa memperbaiki sepatu,  dikenal dengan panggilan "tukang sol sepatu."

[caption id="attachment_193407" align="aligncenter" width="300" caption=""Mas Yanto sedang berkarya" (gbr: dok pri)."][/caption]

Mas Yanto (begitu dipanggil) merantau ke Palembang. Di Wonogiri, ia  memunyai seorang istri dan dua orang anak. Anak yang pertama dipanggil Anna, sekarang Anna sudah tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Anak yang kedua, panggilannya Rizki, masih kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP), naik ke kelas 9 (kelas III).

[caption id="attachment_193411" align="aligncenter" width="300" caption=""Mas Yanto sol sepatu" (gbr: dok pri)."]

1341901613851646687
1341901613851646687
[/caption]

Ketika "berdinas", mas Yanto mengendarai sepeda jengki, butut.  Mengendarai sepeda baginya, selain hemat, sehat;  juga tak terkena macet. Mas Yanto berencana mengumpulkan uang untuk pulang ke Wononogiri, Jawa Tengah. Senin 16 Juli 2012, mas Yanto  akan pulang ke Wonogiri naik bus. Ongkos bus 330.000 rupiah, tiket sudah dipesan - dibeli.  Kepulangannya karena ia ingin menjalani masa puasa bersama keluarganya di Wonogiri. Berkumpul bersama keluarga dan berpuasa bersama, bagi mas Yanto adalah kesempatan istimewa.

[caption id="attachment_193409" align="aligncenter" width="300" caption=""Kendaraan dinas mas Yanto" (gbr: dok pri)."]

13419013681110623781
13419013681110623781
[/caption]

Penghasilan mas Yanto rerata sehari 30.000 - 50.000 rupiah. Uang segitu belum 'dipangkas' untuk uang makan, belum dipotong untuk beli sayur, dan kebutuhan lainnya, termasuk menyisihkan uang untuk biaya sekolah anaknya. Di Palembang ia mengontrak bedeng - kamar papan, setahun biaya kontrak 1.000.000. Karena merasa berat, maka sekamar  ditempati tiga orang, bayar kontrak secara gotong - royong, iuran.

Kata mas Yanto, ia menikah ketika umur sembilan belas tahun, istrinya berumur 18 tahun. Ia cuma tamat SMP.  Istrinya tamat Sekolah Dasar. Saat itu ia bermaksu melanjutkan sekolah, namun orang tuanya tak sanggup untuk membiayai sekolah lagi. Maka mas Yanto  memutus sekolah, tak melanjutkan sekolah.

Kini dengan "statusnya" sebagai tukang memperbaiki sepatu (tukang sol sepatu), ia juga merasa bangga, minimal; jika ia hanya tamat SMP, anaknya sudah ada yang tamat  SMK. Oh iya, sebelum menjadi tukang sol sepatu, ia dulu berjualan "es tung-tung." Berjualan "es tung-tung" menggunakan gerobak. Namun, ia merasa banyak saingan, lagi pula semakin banyak es krim kemasan yang harganya lebih murah dan rasanya juga lebih enak, maka mas Yanto "pindah haluan" menjadi tukang sol sepatu.

Mas Yanto bekerja dengan rapi. Ia katakan,

"Mas, saya tak ingin kerja asal-asalan. Sekalipun saya hanya tukang sol sepatu, pekerjaan ini juga menyangkut masalah percaya - memercayai. Jika saya bekerja dengan baik, rapi,  saya merasa puas, orang juga percaya bahwa hasil kerja saya baik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun