Aku sebenarnya capai. Capai untuk menulis. Tapi aku merasa, dengan menulis bisa kutuangkan segala suntuk hati, penat hati, bahkan konyolnya hidup yang kadang tak tertolong lagi kusimpan sendiri.
"Pak, apakah saya bisa minta tolong?" Suatu siang, saat kupulang kerja.
"Kalau sekiranya bisa saya kerjakan, dan hal itu baik dan benar, pasti kutolong. Ada apa?"
"Pak, ini ada uang. Lima juta. Bisa minta tolong buatkan saya skripsi, dengan orientasi penelitian; dampak kekerasan orang tua dalam mendidik anak dan relevansinya bagi perkembangan motorik anak".
"Oh, gitu. Kalau begitu kita buat perjanjian dulu. Skripsi itu kujamin selesai. Tapi pas ujian skripsi, nanti aku yang mempertahankan skripsi itu, karena aku yang membuatnya. Begitu pula nanti aku yang berhak mendapatkan nilai skripsi".
"Lho...kog gitu, Mas". Wanita itu pura-pura bersikap bodoh....
"Menolong itu memang baik. Tapi jika menolong justru menjerumuskan orang kepada kemalasan, kebodohan, bahkan ketamakan gelar, apalah artinya sebuah pertolongan. Saya yakin kamu mampu, hanya karena malas....maka kamu membayar orang untuk mengerjakan skripsi".
"Ya sudah Pak. Makasih...." Wanita itu pergi dengan wajah merah padam...
Kini aku yang geleng-geleng kepala sendirian. Data banyak, sumber melimpah, subyek penelitian melimpah, perpustakaan ada dimana-mana....kog nulis kripsi saja nyuuuuuuuuuuuuuuuuruh orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H