Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalur Mudik: Jalur Kematian

31 Juli 2013   04:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:48 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jalur mudik adalah jalur kematian,
jika mudik itu hanya sebatas pulang kampung halaman,
melulu hanya dimaksudkan untuk mengadakan pertemuan fisik,
pertemuan dengan kerabat,
famili bahkan petemuan dengan mereka yang mungkin masih sedarah sedaging.
Mudik tersebut: mundur ke udik!

Mudik searti pulang kampung (merambah-melayari) lagi ke hulu,
itu versi Kamus Besar Bahasa Indonesia,
versi harus mempunyai dan diberi "isi".

Kini mestinya mudik perlu dimaknai secara 'lebih',
tak hanya sekedar anjang sana,
apalagi ganti busana:
menukar baju dan celana.

Mudik,
mengingatkan manusia punya muasal, punya asal.
Asal harafiah - lahiriah: dari orang tua,
asal  rohaniah: yang illahi.
Mudik:
mengingat-menyadari kembali akan bakti orang tua,
yang telah diutus oleh yang illahi melahirkan - generasi baru.

Mudik, mengembalikan citra kelahiran,
mudik mengembalikan cintra dulu,
menjadi citra kini, citra di sini dan sekarang;
di hadapan yang illahi.

Mudik bukan untuk mengganti baju baru,
bukan mengganti kopiah baru,
tak pula harus mengganti sajadah baru,
apalagi selalu mengganti istri baru.

Mudik: mengganti pola hidup lama yang dalam kenistaan,
menjadi-menjalani pola hidup yang baru,
sadar akan cinta belas kasih yang illahi,
setelah berproses penyucian diri,
dalam puasa sebulan penuh.

Mudik jalur kematian,
kematian batin yang menghamba dunia,
mudik - jiarah tuturan hidup,
mengembalikan nyala hati yang telah redup,
dalam terang kehidupan mahakuasa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun