Bencana,
banyak atau sedikit manusia ikut berperan,
buang sampah di kali, hutan digunduli - rumah berdiri,
tanah rawa ditimbuni air pergi....lari!
Menyalahkan gejolak alam,
menyalahkan tiupan angin,
menyalahkan turunnya hujan...,
hanyalah membuat hati pilu terhujam.
Mari berbuat dan berbenah,
berbenah mulut yang bicara lepas,
kata bak panah menghujam tandas,
melukai hati melawatkan amanah!
Andaipun engkau tak mau ikut berbenah,
tersedia tenda bagi penilik bencana,
tinggallah di tenda  "bencana",
15 milyar pun terwacana sudah!
Rasa hati yang sedang berkabung,
semendung abu Sinabung,
sekelam Manado tanah  tergelontor,
mengapa masih berulah meneror?
Meneror hati, kondisi dan menambah "bencana,"
andai hatimu amat peka,
tak perlu berleha-leha melihat yang terlunta-lunta,
tidur berkolong langit, berselimut embun!
Ataukah pilihan hidup memang maklumat,
selalu menunda yang amat perlu?
Mengeluh, berunyai melihat yang sekarat?
Ah, andai aku pasti punya malu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H