Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Maridjan dan Marzuki

29 Oktober 2010   02:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_307053" align="alignleft" width="100" caption="Maridjan (gbr. dari Google)"][/caption]

Maridjan, tak banyak bicara. Bicara seperlunya sesuai kebutuhan dan cenderung merendah. Ia sadar akan artinya sebagai ABDI, 'batur', 'ngemban ing pitutur', memegang kata sebagai pusaka.

[caption id="attachment_307056" align="alignleft" width="100" caption="Marzuki Ali (gbr. dari Google)"][/caption]

Marzuki Ali, orang yang terdidik. Doktor lulusan luar negeri. Kata-katanya bernas, tapi sayang, kata - kata itu hanya barisan huruf yang keluar dari mulut.

_______________________________________

* Maridjan bisa menjadi tokoh SEMAR, punakawan, abdi - pamong, dalam kisah Mahabarata. * Marzuki  bisa menjadi CEMAR, karena kata-kata yang  'tajam'  merobek nurani ketika negeri ini berduka. ______________________________________ *) Kata MAAF itu berdaya guna, ketika hati dalam damba, bukan luka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun