Sore hari, dikala mendung menggelantung.
"Mas Mar, anjingku ini sangat jinak lo....", kata temanku.
"Ah, sejinak apapun yang namanya anjing ya....tetap anjing. Lain 'label' (sebutan) lain puser (tali pusat)".
Lalu temanku itu mengelus-elus anjing kesayangannya. Ia masuk ke rumah, mengambil sesuatu. Sementara anjing itu menungguiku di luar dan memandangiku. Duh... (aku takut dikira mau merampok).
Temanku mengambil makanan di kaleng. Dan memberikannya. Anjing itu makan. Untuk kedua kalinya temanku itu akan memberinya makan (menambah porsi) dengan cara menarik - menggeser tempat makan anjing itu, tiba-tiba....
"Haug....cathuk!" anjing itu menggigit.
"Nah, apa kataku. Anjing tetaplah anjing. Sekalipun kau merasa bahwa ia jinak, namun ketika dia berprasangka, bahwa kau akan mengambil - merebut makanannya, pastilah anjing itu membela - mempertahankannya. Dikau digigit..." kataku. Temanku cuma cengar-cengir.
Sementara temanku memegangi tangannya yang luka, aku berlari pulang ke rumahku, mengambil obat kompres luka, untuk mengobati - membersihkan bekas luka gigitan anjing itu....
---------------------------------------
Anjing tetaplah anjing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H