Kuakui, aku memang buruh
Tapi buruh tak sekedar buruh
Melainkan "buruh", babu*) berpengaruh!
Pengaruhku luas menatas batas, bak tali tak berutas!
Delapan jam kerjaku, aku profesional
Aku mampu sekolah, memahami kerja tak sebatas kuota
Tak ada tenaga kerja asing, karena aku tak ambil pusing
Aku berteliti sekaligus bervokasi: belajar tanpa henti
Temanku buruh bergemuruh, sampai bibir melepuh
Mungkin karena kontrak, yang disikat hilang hak
Kusematkan jaminan sosial, yang tak harus dibuat sial
Sial - lupa bayar, tunggakan bikin nanar!
Kontrak atau tetap, tetaplah ingat Perjanjian Kerja
Kerja karena bereksplorasi diri, bukan merana-tak sadar diri
Berhentilah kalau memang harus berhenti
Berbenahlah karena hidup tak sekedar cari UPAH!
Kau pasti kenal Si "Alih Daya"
Dan kau pasti juga tahu dirimu "sumber daya"
Dialihkan atau disumberkan dayamu,
Kau harus tetap terlindungi manusiawi.Â
Aku memang buruh, sekedar menghidup nafas dikala negriku gaduh
Gaduh kekuasaan, gaduh harga diri, gaduh hormat diri, gaduh unjuk diri.
Tak kah aku mengaduh, mengeluh?
Duniaku masih besar dari pesangon, yang kadang tak bisa diomong!
Sekalipun cara kerja, hidup dan lakuku dipatok dan diketok
Pastilah nalarku tidak mentok!
Aku masih bisa berhati bening walau cuma  outsourcingÂ
Upah minimum? itupun membuatku tersenyum
Sekali lagi,
Aku memang hanya buruh
Tetapi....
Aku masih bisa berpengaruh
*) babu: Â dalam Tesaurus artinya pembantu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H