Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siapa Ngelarang Cemburu?

18 Agustus 2017   00:34 Diperbarui: 18 Agustus 2017   09:22 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang sahabat memiliki istri yang sangat cantik meblok-meblok seperti tomblok.  Sahabat yang lain merasa cemburu, tepatnya iri, mengapa istrinya tidak secantik dia. Lalu terjadilah pergunjingan antara sahabat tersebut dengan yang lain. Tuturnya, wajar kalau dia cantik, la wonguntuk dandan badan, mempercantik diri, sebulan habis uang sepuluh juta dua ratus rupiah. Sementara istrinya hanya menghabiskan uang tujuhpuluh ribu rupiah, sebulan. Uang itupun hanya untuk menghitamkan rambut, kadang ngrebondingrambut.

Dalam bahasa kamus bahasa Indonesia (KBBI edisi V), kata "cemburu" memiliki dua arti, yaitu:

  1. a kurang percaya; curiga (karena iri hati), contoh:  istrinya selalu cemburu kalau suaminya pulang terlambat.
  2. a merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; sirik; iri, contoh:  banyak negara lain yang cemburu dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia.

Nah, bila ada orang yang cemburu-mencemburu, apakah ada yang ingin melarang. Jelas tidak ada. Karena cemburu itu sebenarnya "bakat alamiah" yang menempel pada manusia yang menyejarah. Artinya manusia memang sudah membawa sifat cemburu, iri dari dalam dirinya, sejak lahir. Cukup sampai disitu? Tidak.

Kecemburuan itu juga terbentuk (bahkan terpicu) oleh lingkungan keluarga, terpicu masyarakat (lembaga pendidikan) yang memang mengkondisikan begitu. Contoh, dalam keluarga si adik selalu dibanding-bandingkan dengan sang kakak. Bahwa sang kakak lebih rajin, mendapat uang saku lebih banyak. Murid si A, yang pembersih, selalu mendapat perhatian dari Ibu Guru, sementara si C, yang kudel, kucel,  jarang mendapatkan perhatian dari Ibu Guru.

Sikap arif, dan komunikatif dalam hidup sangat diperlukan. Kadang, karena manusia ada yang merasa diri paling pinter, paling seksi, atau sebaliknya paling "tersakiti" (katakanlah begitu), lalu nggakmau melihat manusia lain sebagai bagian dari dirinya. Keadaan akan lebih parah (dalam kecemburuan), bila masing-masing orang cuek mbebek, merasa nggak butuh, kagak ngaruh.   Akhirnya, masing-masing orang saling mendiamkan. 

Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan (kayakjual beli)? Cemburu tidak akan membawa dampak kebaikan, entah bagi diri sendiri maupun orang lain. Cemburu, memang tidak dilarang. Namun ketika cemburu semakin memburukkan diri, tidak membaikkan; ngapain diterusin?

Intinya: silakan cemburu, kalau cemburu itu membawa dirimu maju. Cemburu nggak dilarang kok....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun