Kudengar teriakan menggelegar,
datang onak resah mewabah,
memenuhi selorong kota tua,
yang tak lagi suci karena dusta.
Preman kota muncratkan kata,
menggasak, merabak yang terlelap,
lelap akan manisnya uang,
yang terselip di ketiak kekuasaan.
Preman tetaplah 'kan mati,
sekalipun makan ayat suci,
munafik tak terpungkiri,
masih mempan akan upeti!
Tunjukkan bengismu pada korupsi,
ruwat meja - kursi sumber pungli,
potonglah syahwat  tak tahu diri,
meraup uang milik negeri!
O, preman ... preman picisan.
andai kau bukan pecundang,
yang bersuara tak bedengkang,
mengapa masih merasa jagoan?
--------------------------------------------------------------
selagi inspirasi belum basi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H