Jam 17.20.
Si Dusmin belum pulang sekolah. Ayahnya mulai was-was, bingung. Beliau mencoba menanyakan keberadaan Dusmin melalui teman-temannya. Ketika ditanya, semua temannya menjawab,
"Kami tidak tahu, Pak."
Ayah Dusmin ke sekolah, sayangnya sampai di sekolah; pintu pagar sekolah sudah terkunci. Tak satupun guru dan penjaga sekolah ada di sekolah itu.
"Dusmin....Dusmin....dimanakah engkau?" ayah Dusmin berteriak-teriak.
Ayah Dusmin berlari ke pinggir kali tempat biasa Dusmin siblon - mandibersama dengan teman-temannya. Ketika sampai di pinggir kali tersebut, suasana agak sepi, cuma terdengar gemercik air menerpa bebatuan. Tak ada anak-anak mandi. Tapi di bawah pohon Gayam (inocarpus fagiferus) ada seorang anak, tak berbaju, tak bercelana - kothar-kathir - memegang joran pancing. Ia sedang mengail ikan, seragam sekolah ada di sebelahnya, dan di situ juga ada beberapa ikan Mujahir yang sudah direntengi pakai lidi daun kelapa. Ya, anak yang telanjang itu si Dusmin.
"Min....Dusmin....ayo pulang. Ayahmu was-was, lelah mencarimu", kata ayah si Dusmin.
"Maaf ayah. Dusmin mengail tak beritahu ayah. Ayah...."
"Ya, Min...ada apa?" jawab sang Ayah.
"Hari ini Dusmin ulang tahun. Dusmin tak bisa memberi apa-apa untuk bapak - mamak yang telah membesarkan Dusmin. Sebagai rasa syukur dan terimakasih, Dusmin coba cari ikan. Nanti ikan ini kita masak dan kita makan sama-sama, ya ayah...."
Dengan penuh haru, sang ayah memeluk Dusmin.